Kegiatan Membaca yang Ditinggalkan
Saya menonton banyak video di youtube. Waktu yang saya gunakan untuk menonton lebih banyak daripada membuka media sosial. Sebelum Youtube, film adalah andalan saya. Saya bisa menghabiskan waktu seharian hanya untuk menonton film. Namun menonton cukup menyita waktu.
Itulah kenapa video pendek di Youtube bisa jadi pilihan alternatif. Semenjak saya punya obsesi besar untuk menyelesaikan semua to do list setiap hari, saya jadi merasa bersalah jika hari-hari saya di isi dengan menonton. Sebab dari kebiasaan menonton, ada banyak kegiatan produktif yang terlupakan.
Konten video memang selalu menarik. Bukan cuma yang bergenre hiburan, konten edukasi dan informasi umum pun akan jauh lebih menarik jika ditampilan dalam bentuk audio visual. Entah sudah berapa lama saya mengurangi membaca artikel atau blog-blog favorit saya.
Saya lupa untuk membaca karena keasikan menonton sesuatu. Saya tahu bahkan sebelum menonton film dan Youtube jadi kebiasaan, kegiatan membaca memang selalu jadi prioritas terakhir.
Ditambah lagi karena saya tidak punya cukup budget untuk membeli buku, akses paling mudah untuk membaca hanyalah google. Tapi google tidak memberi bacaan yang terlalu dalam. Meskipun itu sangat membantu saya dalam segala hal.
Apalagi media sosial saat ini banyak memberi kita semua informasi. Banyak orang-orang cerdas yang seakan jemput bola. Membuat berbagai macam informasi dan pengetahun yang bisa dilihat dalam platfrom media sosial.
Ada banyak akun yang berdedikasi membuat tulisan bermanfaat ke dalam konsep microblogging. Ada pula penulis yang senang membuat tulisan di halaman facebook mereka. Di era digital, terlalu banyak informasi memang tidak membuat seseorang otomatis rajin membaca.
Perlu usaha yang besar untuk seseorang mau membaca sesuatu. Terkadang godaan konten hiburan jadi halangannya. Sebagian orang lebih memilih mengakses konten jokes, musik, pemberitaan soal selebritis daripada mengikuti perkembangan sosial-politik dan masalah-masalah yang esensial.
Tapi saya tahu itu bukan kesalahan. Semua orang berhak mengakses konten apapun yang mereka suka. Hanya saja ketika era digital memberi banyak kemudahan untuk meningkatkan literasi, kenapa tidak dimanfaatkan saja?
Orang-orang seperti saya yang perlu berpikir beberapa kali untuk membeli buku memang selayaknya punya kesadaran untuk membaca lebih banyak artikel yang mengedukasi daripada konten haha-hihi. Dan saya sadar akan hal itu.
Makannya saya mengurangi main instagram (mengurangi buka story jauh lebih efektif), mengikuti halaman faceook dari penulis-penulis yang punya pemikiran yang menarik, mengkoleksi website informatif ke bookmark browser agar ketika ada waktu luang bisa saya baca.
Bagi saya itu mudah. Mungkin karena sudah jadi kebiasaan juga.