Menulis Jurnal Harian
Ada satu kebiasaan yang dulu sering saya lakukan yakni menulis jurnal. Saya berhasil melakukannya tepat di tinggal 1 januari sampai dengan hari dimana tulisan ini dibuat. Itu artinya sudah sekitar 8 bulan saya menulis jurnal secara konsisten. Memang selalu berat melakukan kebiasaan baru di awal. Itu pula yang terjadi dengan menulis jurnal. Tapi jika seseorang punya tujuan yang kuat, apapun bisa dilakukan.
Menulis jurnal nampak sangat membosankan. Kita hanya menulis sesuatu yang terjadi dalam hidup kita atau menceritakan semua hal yang ada dipikiran kita. Terlihat mudah. Tapi karena terlihat mudah itulah saya cedenerung meremehkan. Padahal kenyataannya menuangkan sesuatu yang ada di isi kepala ke sebuah tulisan itu tidak semudah yang dipikirkan.
Ada godaan yang paling sering dialami seperti malas. Tidak punya semangat untuk menulis jurnal dikarenakan tidak ada sesuatu yang mendorong saya untuk menulis. Menulis jurnal artinya hanya kita sendiri yang membacanya. Maka pastilah tidak ada feedback dari pembaca. Tidak tanggapan, respon atau pun apresiasi yang biasanya memotivasi seseorang untuk menulis.
Maka kemudian untuk menumbuhkan kebiasaan menulis jurnal setiap hari, saya harus mendapatkan motivasi itu dari dalam diri saya sendiri. Kira-kira, apa yang mewajibkan saya menulis jurnal setiap hari? Dorongan itu muncul ketika saya melihat manfaat dari kebiasaan ini.
Saya membaca dan mendengar betapa besarnya menulis jurnal. Kemudian ada satu momen yang paling saya rindukan yaitu membaca ulang jurnal yang pernah saya tulis. Jadi ceritanya, beberapa tahun yang lalu sebetulnya saya sudah terbiasa menulis jurnal. Namun sempat terhenti lama karena malas.
Dulu itu saya punya kebiasaan membaca ulang jurnal yang pernah saya buat setahun lalu. Misalnya saya nulis jurnal di tahun 2014. Dan saya sering senyum-senyum sendiri ketika membacanya. Saya tersenyum karena sebagian besar isi jurnal saya adalah curhatan-curhatan saya yang menyedihkan. Tapi ketika saya baca ulang, saya merasa curhatan yang sedih itu justru jadi masa lalu yang sudah berhasil saya lewati. Dan betapa menyenangkannya ketika saya sudah melewati masa-masa menyedihkan itu sekarang.
Saya pernah membaca jurnal harian yang saya tulis 3 tahun yang lalu. ada perasaan dimana saya merasa “kok saya sesedih itu ya?” atau “kok saya segalau itu?” Padahal kalau melihat diri saya yang sekarang, rasa-rasanya masalah itu terlihat sepele. Tapi saya rasa itu berarti saaat ini saya sudah naik level. Masalah yang dulu saya anggap sulit, sekarang saya anggap mudah.
Seiring berjalannya waktu, saya sadar bahwa saya mental dan pola piker saya berubah dan berkembang. saya menjadi lebih dewasa, lebih bijak dan lebih kuat dalam menghadapi hal-hal buruk yang terjadi dalam hidup. Bukankah itu prestasi pribadi yang perlu di apresiasi?
Menulis jurnal bisa merekam semua hal yang terjadi dalam hidup saya sehari-hari. Saya sendiri berusaha menulis jurnal setiap hari, sebanyak yang saya bisa. Kemudian saya akan membaca ulang jurnal tersebut setelah 6 bulan, setahun atau beberapa tahun kemudian. Dan percayalah, akan ada kepuasaan yang dirakasan ketika membacanya. nah kepuasaan itulah yang selalu saya inginkan. dan itu yang salah satu motivasi terbesar saya untuk bisa konsisten menulis jurnal.
Nulis jurnal sama kayak nulis diary gak sih kak?
BalasHapusiya, sama. Tapi jurnal yang saya maksud di atas bisa ditulis apa saja. Kalau diary kan biasanya berisi curhatan personal. Tapi kalau jurnal lebih bebas mau di tulis apa saja. Yang terpenting menuangkan semua yang ada di isi kepala ke dalam tulisan.
Hapus