Review Film “Padmaavat” Kontroversi, Inspirasi dan Fakta ‘Sejarah’ yang Ditutupi
spidercinema.com |
Jika bukan karena kontroversinya, Padmaavat tidak akan menggerakan saya untuk menontonnya. Tapi film ini layak diberi apresiasi dari sinematografi dan latar tempat yang detail. Terlihat sekali bahwa budget filmnya memang besar. Sangat jauh perbandingannya dengan sinema serial Bollywood yang mengangkat genre yang sama seperti film india yang sering ibu-ibu tonton sambil masak pecel lele di ANTV dan channel lainnya.
Padmaavat berkisah tentang seorang puteri kerajaan Sinhala bernama Rani Padmini atau lebih dikenal dengan nama Padmavati. Ia punya wajah yang sangat cantik hingga menarik perhatian raja rajbut dari Mewar, Ratan Singh untuk mempersunting dirinya.
Kecantikan Padmavati didengar oleh Sultan Delhi yang serakah, Alauddin Khilji dari Raghav Chetan. Raghav dulunya merupakan guru spiritual Ratan Singh. Tetapi ia diusir dari Benteng Chittor karena telah sengaja mengintip kebersamaan Padmavati dengan sang raja. Dari situ, Raghav menyimpan dendam pada raja rajbut. Ia bersumpah akan menghancurkan kerajaan Mewar dengan caranya sendiri.
Sumpah Reghav itu terwujud lewat Sultan Delhi, Alauddin Khilji. Ia mencoba mempengaruhi Sultan Alauddin--yang wajahnya mirip dengan Master Limbad versi ganteng--dengan menceritakan kecantikan Padmavati dan merayunya untuk menguasai kerajaan Mewar. Reghav berkata, Jika Alauddin menguasai Mewar, ia juga akan menguasai seluruh dunia.
Alauddin akhirnya berambisi untuk mendapatkan ratu Padmavati beserta kerajaannya dengan menyatakan perang pada raja rajbut. Namun prosesnya tidak mudah. Ratan Singh yang idealis dan ratu Padmavati yang cerdik membuat Alauddin beberapa kali gagal menguasai kerajaan. Namun akhirnya, Alauddin berhasil membunuh raja rajbut dan akan segera mendapatkan ratu Padmavati yang sangat cantik itu.
Tetapi, Padmavati mengajak para wanita di Mewar untuk melakukan ritual Jauhar yaitu prosesi membakar diri karena tidak sudi jika mereka menjadi rampasan perang Alauddin serta mereka ingin menghindari perbudakan dan eksploitasi wanita dari kelompok yang kalah dalam peperangan.
Suguhan Sinetografi dan Setting tempat yang detail
Setting tempat film Padmaavat dibuat seperti abad 13 dengan suasana timur tengah dan bangunannya yang khas. FYI, dulu saya sering dicekoki oleh nenek dan ibu saya dengan film Bollywood di stasiun televisi indonesia dan saya dibuat ngakak dengan setting tempat serta CGI yang sebelas-dua belas dengan sinetron ecek-ecek Indonesia yang memperlihatkan burung yang terbang atau tokoh yang mengapung di udara dengan segala kejanggalannya. Semua itu membuat saya ingin mengelus dada Mia Khalifa.
Padmavati dan Ratan Singh (screenshot film via dok. pribadi) |
Sebagai orang yang bukan penggemar film Bollywood, saya cukup terganggu dengan adegan yang diselingi dengan nyanyi-nyanyi sambil menari-nari yang menjadi ciri khas film India. Padahal saya berharap jika adegan tersebut bisa diganti dengan penampilan Twice atau Red Velvet. Setidaknya itu bisa lebih memanjakan mata. Tapi kembali lagi, ini hanya masalah selera. Bagi penggemar Bollywood justru adegan joget-joget adalah adegan wajib yang harus ada. Jika tidak ada mungkin akan terasa kurang seperti halnya sayur tanpa garam.
Kontroversi Film Padmavaat
Sebenarnya, kisah heroik Padmavati ini menjadi legenda masyarakat hindu di India. Mereka mengganggap Padmavati sebagai kisah yang sangat menginsipirasi bahkan dianggap sebagai bagian dari sejarah hindu. Walaupun banyak sejarawan mengatakan bahwa cerita Padmavati tidak bisa dikategorikan sebagai sejarah karena tidak ada bukti yang menguatkan kisah ini. Kisah Padmavati hanya bersumber dari seorang penyair sufi, Malik Muhammad Jayasi di abad 16 yang dianggap ceritanya banyak diselipi kisah fantasi.
Film Padmaavat menjadi kontroversi di kalangan kelompok garis keras Hindu karena dianggap mendistorsi kisah aslinya. Mereka tidak terima jika ada salah satu scene dimana Sultan Alauddin bermimpi melakukan hubungan intim dengan ratu Padmavati (walaupun sutradara, Bhansali membantah tentang adanya scene itu). Kelompok muslim India juga tidak terima dan memprotes tokoh sejarah Alauddin yang dianggap menjelek-jelekan seorang Sultan dari kerajaan Islam.
Sultan Alauddin (Screenshot film via dok. pribadi) |
Kontroversi sudah terjadi sejak awal pembuatan film sampai hari mendekati perilisannya, 1 desember 2017. Film ini teramcam dilarang tayang di India, bahkan sutradara sampai para pemainnya sempat mendapat ancaman pembunuhan. Namun Mahkamah Agung India tetap mengizinkan film ini tayang atas dasar kebebasan kreativitas. Pihak yang kontra juga memberikan syarat tertentu jika film ini benar-benar ingin tayang. Salah satunya mengubah judul film dari Padmavati menjadi Padmaavat. Sejak mengundang banyak protes itu pula perilisannya diundur sampai 25 januari 2018.
Kisah yang sangat menginspirasi umat hindu India
Film ini memang punya fokus pada tokoh Padmavati sebagi sosok wanita sempurna. Tidak hanya cantik tapi cerdas luar biasa. Ia bahkan berhasil menyelamatkan Raja rajbut yang berhasil diculik oleh Alauddin untuk dijadikan umpan agar Padmavati mau bertemu dengannya.
Namun diluar tokoh Padmavati, ada tokoh lain yang menarik untuk dibahas seperti istri pertama raja Ratan Singh yang sejak kemunculan Padmavati sudah menunjukan sikap iri. Ia juga secara tidak langsung telah mempertemukan Padmavati dengan sang suami, Ratan Singh karena ia menyuruhnya untuk mencari mutiara kesayangan ke Sinhala.
Kemudian ada Raghav yang merupakan cikal bakal kenapa kisah Padmavati ini menjadi kisah yang menarik. Karena kalau bukan karenanya, Alauddin tidak akan pernah berambisi untuk mendapatkan Padmavati.
Serta tidak akan ada cerita tentang keputusan Padmavati untuk membakar diri sebagai bentuk simbol kesetian pada suami mereka yang kalah dalam peperangan dan mereka menganggap kesucian diri mereka lebih penting daripada harus menyerahkan diri pada Sultan Alauddin yang licik.
Protes dari kelompok muslim
Sebelumnya saya sudah bercerita bahwa kelompok muslim di india pun memprotes tenang sosok Sultan Alauddin yang dianggap melecehkan sosok sultan dari kerjaan islam. Bukan India saja, Malaysia pun mengeluarkan nada yang sama soal tokoh Alauddin ini.
Akan tetapi bagi saya tidak ada yang spesial dari sosok Alauddin selain kisahnya yang punya banyak kesamaan dengan para sultan yang hidup pada masa dinasti Umayyah sampai Turki Utsmani. Jika kalian pernah membaca sejarah islam, maka kalian akan mendegar kisah keji beberapa sultan yang memperebutkan kekuasan dengan cara memenggal sultan lain yang sedang berkuasa.
Perebutan tahta kesultanan pada beberapa masa khilafah pada faktanya memang memperlihatkan sosok yang mirip seperti kisah Alauddin. Bedanya, jika kekejaman Alauddin bisa dikatakan fiksi tapi kisah kekejaman beberapa Sultan adalah kisah nyata yang ditulis lengkap oleh para sejarawan muslim. Lantas kenapa Alauddin di protes? Bukannya itu sama saja seperti menutupi fakta 'sejarah' yang ada?
Kenapa sebagian muslim tidak bisa menerima tokoh pemimpin muslim yang jelek sekalipun itu hanya fiksi? Padahal banyak fakta sejarah yang memperlihatkan pemimpin muslim yang jahat, yang sama sekali tidak menginterpretasikan pemimpin muslim yang baik. Terkadang seorang muslim juga tidak harus selalu melihat pemimpin muslim yang ideal karena pemimpin muslim yang buruk juga bisa dijadikan contoh dan pembelajaran bagi kita agar lebih bijak dalam pemilih pemimpin. Bukan kah begitu?
Bagi saya kontroversi ini berhubungan dengan fanatisme dalam beragama. Kisah yang baik seperti Padmavati bisa dijadikan contoh keberanian seorang wanita atau ratu yang bisa memotivasi bagi kaum wanita lain. Pun Jika Padmavati bukanlah sosok nyata layaknya superhero Wonder Woman, maka yang bisa diambil pembelajarannya adalah cerita positifnya dan yang dianggap negatif saya rasa penonton bisa menyikapi dengan bijak tanpa terprovokasi seperti kelompok kontra di India sana. Terlepas dari semua kontroversinya, sebagaimana sebuah film, Padmaavat tetap menjadi tayangan yang menghibur dan menginspirasi!
+++ +++ +++
Sutradara: Sanjaya Leeha Bhansali; Produser: Sanjay Leela Bhansali, Sudhanshu Vats, Ajit Andhare; Penulis: Sanjay Leela Bhansali, Prakash Kapadia; Musik: Sanjay Leela Bhansali, Sanchit Balhara; Sinematografi: Sudeep Chatterjee; Penyunting: Jayant Jadhar; Sanjay Leela Bhansali, Akiv Ali; Produksi: Bhansali Productions, Viacom 18 Motion Pictures; Rilis: 25 Januari 2018; Durasi: 164 menit; Bahasa: Hindi; Negara: India; Anggaran: 2,15 INR.
Pemeran: Deepika Padukone (Padmavati), Shahid Kapoor (Raten Singh), Ranveer Singh (Alauddin), Aditi Rao Hydari (Mehrunissa), Jim Sarbh (Malik Kafur), Anupriya Geonka (Nagmati), Raja Murad (Jallaludin).
Referensi:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Padmaavat
- http://www.bbc.com/indonesia/majalah-42822229
- http://news.detik.com/internasional/d-3847380/malaysia-larang-film-kontroversial-bollywood-padmaavat
- https://news.detik.com/internasional/d-3847380/malaysia-larang-film-kontroversial-bollywood-padmaavat
- https://kumparan.com/@kumparannews/memahami-kronologi-kontroversi-film-padmavati
Review Film “Padmaavat” Kontroversi, Inspirasi dan Fakta ‘Sejarah’ yang Ditutupi
Reviewed by DAFFA ARDHAN
on
Senin, April 02, 2018
Rating: 5