[Review] Mencicipi Segelas Nescafe Classic Lampung Robusta
Saya tahu betul manfaat kopi yang sebenarnya. Namun saat ini bagi sobat missqueen top global seperti saya, kopi bukan barang yang terjangkau.
Maka merebaknya kopi dalam bentuk kemasan sachet jadi semacam pembangkangan terhadap penjual kopi kapitalis laknat seperti St*rbucks yang mendewakan dunia per-biji-an dengan harga premium. Kopi sachet adalah simbol anti-kemapanan yang telah jadi bagian penganut gaya hidup punk hingga hippies.
Kopi jenis sachetan merupakan produk paling merakyat bagi orang-orang daerah, diantaranya mereka yang sejak lama selalu mengidentikan kopi sebagai simbol maskulin, atau para kaum proletar yang senang membuat caption 'penikmat kopi pengagum janda.'
Selain itu, kopi sachet juga menjadi sahabat karib bagi sebatang rokok. Sebab dimana ada kopi disitu ada rokok. Dimana ada kamu disitu ada teman yang nagih hutang. Nah kira-kira begitu istilah bar-bar nya.
Namun problem utama yang muncul dari kopi sachet adalah.. seberapa besar persentase biji dalam satu bungkus kopi sachet? Jika anda lebih jeli, dibalik bungkus kopi sachet, terdapat komposisi yang menyatakan kandungan kopinya kurang dari 10 persen saja. Anda bisa cek sendiri pada komposisi kopi sachet yang sering anda beli di warung.
Jadi jika Anda meminum segelas kopi sachet, artinya anda tidak sedang meminum kopi, tapi sedang 'mensuruput' serbuk minuman dengan "rasa" kopi. Ingat, RASA kopi, bukan kopi asli. Rasa pahit kopinya bukan muncul dari bahan yang mirip seperti biji malika yang di rawat seperti anak sendiri, tapi hanya berupa kandungan perisa buatan.
Sebagai konsumen, saya tidak puas jika harus meminum kopi "bodong". Akhirnya saya putar otak, mensiasati bagaimana caranya saya bisa tetap menikmati segelas kopi asli tanpa menguras kantong. Ternyata di barisan rak minimarket, saya menemukan secercah harapan. Nescafe.. Memberikan kesempurnan cinta pada penikmat kopi low cost.
Nescafe.. muncul dalam kemasan sachet tapi ada pula yang berukuran besar dalam bentuk tomples. Daya tarik utama kopi ini adalah kalimat 100% biji kopi lampung robusta dan tanpa embel-embel campuran gula, perisa buatan, pengawet dst.yang banyak tercantum di jenis kopi sachet lainnya.
Jika anda tekan-tekan bungkusnya, anda akan sadar kalau anda kurang kerjaan alias gabut parah. Eh tidak, maksud saya, jika ditekan-tekan anda akan merasa kalau serbuknya tidak halus, masih berbentuk butiran kasar. Kemudian sebagai orang awam, saya merasa aroma kopi ini tercium seperti kopi-kopi hitam pada umumnya.
Mengenai rasa sebenarnya membuat terkejut aku terheran-heran. Bukan karena makan daging kol dengan sayur anjing, tetapi kopi ini pahit luar biasa untuk seseorang yang terbiasa meminumnya dengan campuran susu, latte, mocca, dst.
Tapi jika di icip-icip lagi, kopi ini mengandung rasa asam yang lumayan kuat bahkan ketika saya mencampurkan gula dan susu dengan jumlah yang banyak. Rasa asam itu masih membekas di lidah meski tidak terlalu menganggu. saya pikir ini cuma karena saya tidak terbiasa saja.
Tapi overall saya suka dengan produk nescafe yang berani mengeluarkan produk kopi yang original tanpa campuran bahan apapun. FYI, saya pun sebetulnya baru tahu ada banyak varian produk Nescafe lain yang sejenis selain daripada produk Nescafe robusta. Ya, lain kali mungkin akan saya coba juga.
[Review] Mencicipi Segelas Nescafe Classic Lampung Robusta
Reviewed by DAFFA ARDHAN
on
Minggu, April 21, 2019
Rating: 5