Alasan / Masalah Tidak Menulis Setiap Hari

Menulis setiap hari

Jika diperhatikan, sudah lebih dari sebulan ini blog DaffaArdhan.com tidak lagi update setiap hari. Padahal sudah 4 bulan terakhir, saya sudah komitmen menulis satu hari, satu artikel. Itu dikarenakan saya punya masalah dengan kesibukan saya.

Jika sebelumnya saya bisa update artikel setiap hari, bahkan kadang sehari bisa 2 artikel, itu karena saya sedang nganggur. Kegiatan kuliah di semester-semester akhir, lebih renggang dibandingkan di tingkat 1 dan 2.

Mungkin saya bisa saja menyanggupi tantangan "satu artikel satu hari" itu. Tapi saya rasa tidak baik jika saya terlalu memaksakan menulis. Saya pernah membaca satu artikel yang menyatakan kalau seseorang yang bukan penulis profesional, jangan terlalu memaksakan diri menulis setiap hari karena tekanannya jauh terasa dibandingkan mereka yang sudah punya nama.

Penulis besar menulis setiap hari karena memang punya target kerja dari perusahaan dan penggemar mereka.

Sedangkan kita atau saya sendiri yang cuma penulis blog ecek-ecek ini, belum punya dorongan external untuk komitmen menulis setiap hari. Dampak negatifnya, kita malah tidak akan menikmati aktivitas menulisnya. Katanya sih gitu.

Namun, saya tetap menulis setiap hari dengan catatan satu artikel saya garap dalam 2-3 hari. Jadi saya update tulisan di blog paling 3 hari sekali.

Itupun tulisannya saya rasa tidak terlalu dalam dan mendetail. Nah kalau itu alasannya karena saya sedang malas mikir berat saja. Hehe.

Diluar masalah kesibukan, alasan yang lebih personal seperti mood dan setres juga ikut mempengaruhi. Saya rasa wajar karena saya hanya manusia biasa yang punya segudang masalah hidup.

Tapi selama saya melanggar komitmen menulis setiap hari itu, saya berkali-kali merasa bersalah. Perasaan bersalah itu menghantui saya setiap waktu.

Dan tulisan ini adalah bagian dari curahan hati saya soal kegelisan saya yang merasa telah melalukan kesalahan besar karena sudah melanggar komitmen.

Akan tetapi, saya sadar, untuk apa saya merasa bersalah. Bukannya malah menambah beban. Di sisi lain saya masih menganntung mimpi saya setinggi-tingginya.

Setidaknya mimpi itu masih terlihat oleh mata saya yang minus. Saya jadikan itu sebagai pemicu saya untuk jangan terlalu sering melanggar komitmen. Walaupun ada banyak hal yang sulit dilaksanakan.

Saya merasa tidak mungkin untuk menceritakan masalah saya dalam tulisan. Karrna itu terlalu personal dan private. Jadi saya hanya bercerita garis besarnya saja bahwa saya punya problem yang menghambat produktivitas saya dalam menulis.

Saya tahu itu keliru. Tapi saya usahakan bisa terus menulis karena mimpi terbesar saya ada disitu.

Foto: neilpatel.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.