Selera Orang Berbeda-Beda
Ada banyak artikel yang selalu menggunakan kata "ter" dan "dunia". Misalnya terkeren di dunia, terdingin di dunia atau tertinggi di dunia. Artikel yang menggunakan kata ter dan dunia memang terlihat bombastis.
Apalagi dari judulnya saja orang sudah tertarik mau membaca. Yang paling menarik bagi saya adalah artikel tentang 10 makanan terenak di dunia. Dan rendang berada di urutan pertama.
Jujur saja, saya geli ketika banyak orang menggebar-gemborkan rendang sebagai makanan terenak di dunia. Bukan karena saya tidak bangga sebagai orang indonesia.
Tapi pertama, kala di telisik lebih jauh, survei tentang makanan yang paling enak di dunia itu tidak fair. Kedua, bagi saya, enak dan tidaknya sebuah makanan itu tergantung selera.
Tidak ada standar khusus yang menyatakan makanan ini atau makanan itu sebagai yang paling enak. Kenikmatan makanan itu tidak bisa dinilai dengan angka karena setiap orang punya lidah yang berbeda-beda.
Makanan yang saya suka belum tentu orang lain suka. Apa yang paling enak bagi saya belum tentu enak untuk kamu. Ada banyak teman saya yang tidak terlalu suka rendang dan memilih makanan ayam pop atau telur balado ketika makan di restoran padang.
Tidak peduli dengan survei yang mengatakan rendang sebagai the best food in the world. Yang terpenting mereka makan dengan menu yang paling mereka suka.
Coba bayangkan, Sushi, makanan khas jepang ini juga masuk ke dalam kategori makanan terenak di dunia. Tapi apa semua orang suka Sushi? Saya rasa lidah kampung macam saya pun tak akan suka.
Coba kamu suruh pedagang kaki lima atau supir angkot untuk makan Sushi dan Semur Jengkol. Coba kamu tanya, mana makanan terenak yang paling mereka suka? Feeling saya Semur Jengkol yang akan jadi juaranya.
Bukan soal makanan saja. Saya pun agak risih dengan beberapa survei yang ada di internet seperti 'wanita tercantik di dunia' atau 'pria tertampan di dunia'.
Bagi saya itu penghargaan yang konyol. Mungkin sebagian orang setuju jika ada satu artis korea yang mendapat predikat sebagai wanita tercantik di dunia.
Tapi ada orang lain yang justru tidak setuju dengan penghargaan itu. Ada anggapan yang mengatakan, cantik itu relatif (dan jelek itu mutlak). Anggapan itu tentu saja menegaskan bahwa apa yang menurut kita cantik belum tentu dianggap cantik oleh orang lain.
Sebagai orang Asia, tentu saja standar cantik kita berbeda dengan orang Amerika dan Eropa. Jika disini orang berkulit gelap dianggap tidak cantik, maka jika kitabtinggal negara barat sana, kita akan di anggap cantik.
Orang Asia dan Barat punya perspektif cantik yang berbeda soal warna kulit. Bukan cuma itu, bentuk wajah, tubuh, rambut hingga make up di setiap negara punya standar cantiknya tersendiri.
Atau jangankan membandingkan selera cantik di beda negara. Di satu lingkup pertemanan saja, standar cantik itu kadang berbeda juga. Si A lebih suka wanita berambut panjang, si B suka wanita berambut pendek. Atau, si A suka wanita yang kurus, si B suka wanita berpipi chubby.
Jadi bagaimana bisa ada standar wanita tercantik di dunia kalau definisi cantik saja di tiap orang saja berbeda?
Banyak survei-survei yang sebetulnya tidak pantas untuk dibandingkan-bandingkan. Ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa disebut sebagai terenak, tercantik atau terkeren karena tidak ada standar yang mutlak untuk mengukurnya.
Kalau standar gunung "tertinggi" mungkin masih bisa dibandingkan karena masih bisa di hitung berdasarkan keseluruhan gunung yang ada di dunia. Tapi kalau ukurannya pada sesuatu yang relatif, sudah jelas-jelas tidak bisa diketahui hasilnya karena ini hubungannya dengan selera seseorang.
Jadi apa kita termasuk orang yang percaya dengan survei-survei seperti itu?
Selera Orang Berbeda-Beda
Reviewed by DAFFA ARDHAN
on
Minggu, Juni 21, 2020
Rating: 5