Titik Keikhlasan?

Menerima kehilangan

Semilir sendu mewarnai hari-hari. Sebab ada banyak perasaan yang belum bisa di terima. Ada perih yang belum di sembuhkan. Kita tahu penyebabnya. Namun tak mampu menjalaninya.

Persoalan sudah di coba diselesaikan. Tetapi rasa pedih terus menghantui. Kita menangis dalam keheningan. Meratapi kenyataan.

Kita melihat kenyataan di depan mata. Seraya memasang raut wajah yang menandakan kesedihan. Karena  apa yang seringkali dilihat membawa kita pada mimpi buruk.

Pikiran kita jadi mengawang-mengawang kemana-mana. Memproyeksikan apa yang belum terjadi, seolah telah terjadi. Khayalan negatif memberi intrupsi pada sesuatu yang sedang kita hadapi. Mereka memanggil dengan kalimat yang membuat mood menjadi semakin hancur.

Jalan tak bertepi

Sampai kapan rasa ini terus mengikuti? Jawabannnya, sampai waktu mengatakan harus berhenti. Namun waktu tak akan sepakat dengan keadaan. 

Keadaan memaksa waktu untuk segera mengakhiri segalanya. Waktu tak bisa berbuat apa-apa. Mereka berjalan mengikuti koridor yang sudah ada. 

Kita tahu, kita tak sabar ingin melupakan rasa itu. Sebab selama ini rasa seperti beban dalam penjara. 

Dikekang dalam jerusi besi dan tak bisa kemana-mana. Hanya tersiksa yang menemani dalam ruang yang gelap ini.

Tumbuh bersama penyesalan

Perjalanan yang telah kita lewati memang memberikan kita banyak pelajaran. Tapi ada penyesalan yang terus mengikuti. Penyesalan itu berbuah ketakutan. Takut dengan masa lalu. Takut untuk membuka hati dengan hal-hal baru.

Terkadang kita muak dengan itu semua. Hal-hal yang mengingatkan kita pada penyesalan membuat kita geram. Meski semua telah berlalu, namun kita sadar memori buruk masih tersimpan dalam pikiran.

Kita sulit untuk melepaskan sakit yang telah hilang. Jangankan melepaskan. Memaafkan saja tidak pernah terpikir dalam benak. Kita cenderung menyalahkan diri sendiri dan orang yang dulu pernah menemani.

Lantas, dimana titik keikhlasan itu berada?

Tidak ada. Atau, untuk saat ini belum. Perlu proses yang panjang untuk berada di level ikhlas. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk menerima kenyataan dan membiarkan rasa itu pergi dengan sendirinya.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.