Berkarya Itu Tidak Mudah

Studio rekaman

Penyanyi sebesar Ariel Noah pernah bercerita dalam salah satu podcast Raditya Dika kalau proses pembuatan album musik itu memakan waktu lama, bisa sampai bertahun-tahun. 

Padahal kalau kita play semua lagu dalam satu album seorang musisi, pasti tak sampai satu jam kita dengarkan. Taruhlah 1 lagu itu kira-kira 4 menit, kemudian dikali satu album kurang lebih 12 lagu. Jadi jika semua lagu di putar, jatuhnya tidak sampai 48 menit.

Di film pun sama. Beberapa film yang sering kita tonton terutama film luar kebanyakan butuh waktu yang panjang bahkan bisa belasan tahun sampai akhirnya bisa kita nikmati di bioskop. Padahal menontonnya saja rata-rata tidak lebih dari 2 jam.

Dalam dunia sastra fiksi, penulis-penulis besar seperti Andrea Hirata, Dee Lestari, atau Ahmad Fuadi butuh waktu minimal satu tahun untuk menghasilkan satu buah novel. Satu tahun itu Minimal loh ya. Ada pula penulis lain yang sampai 2-3 tahun bahkan lebih. Itu baru sebatas novel, bagaimana dengan buku non-fiksi yang proses risetnya jauh lebih kompleks.

Jangankan mahakarya sebesar film dan buku, membuat satu artikel saja butuh waktu berjam-jam, seharian, bahkan ada yang berminggu-minggu. Itu terjadi dengan saya dan mungkin para blogger atau mereka yang menggeluti hobi menulis.

Menulis artikel itu memang susah-susah gampang. Apalagi kalau kita tidak begitu menguasai topik yang akan ditulis. Terpaksa harus riset sana-sini. Ditambah kalau mental block melanda. Kadang moody juga berpengaruh pada produktivitas menulis. Ya intinya banyak faktor sih.

Dalam karya lain, saya juga mulai mencoba terjun ke dunia podcast. Sebagai orang awam, awalnya saya pikir mudah, tapi kenyataannya tidak semudah itu fernando. Proses pembuatan podcast tidak sesederhana yang saya pikirkan. Secara teknis, saya pun harus belajar dari hal yang paling mendasar seperti bagaimana merekam audio dengan baik dan benar dan melakukan proses editing setelah recording selesai.

Masalah lainnya, basicly saya bukan orang yang pintar berbicara. Berkali-kali kata-kata yang keluar dari mulut sering kejelimet, belibet, dan bikin mumet. Kemudian saya sering mengulang rekaman dari awal lagi, diulang-ulang lagi.

Kalau pas diputar ulang audionya ternyata jelek, berisik, keresek-keresek dsb maka saya harus record lagi. Belum kalau kontennya dirasa banyak kekurangan. Saya jadi tidak pede untuk mempublish podcastnya. Maklum masih belajar. Meski melelahkan dan hasilnya kadang tidak memuaskan saya tidak begitu saja menyerah.

Jika kita tarik pada satu kesimpulan. Artinya proses berkarya itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Secara teknis, banyak faktor kenapa sebuah karya bisa lama sekali dibuat. Akan tetapi dari situ kita akan tersadar kalau berkarya itu tidak mudah. Dan itu saklek diakui orang-orang yang bekerja di industri kreatif.

Dari kesulitan-kesulitan berkarya, apapun mediumnya, apapun jenis karyanya, kita patut menghargai. Kita tahu jerih payah para kreator diluar sana meluangkan banyak waktu dan pikiran untuk memuaskan penikmatnya.

Saya pun banyak belajar bahkan mengagumi apapun karya orang lain, terlepas itu bagus atau tidak. Saya selalu membayangkan bagaimana melelahkannya proses karya itu dibuat dari pra-produksi, editing sampai sebuah karya selesai dibuat dan dinikmati banyak orang.

Foto: wowkeren.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.