Sebagian orang memilih untuk menyesal pada masa lalunya. Berlarut-larut dalam penyesalan. Mengungkit semua memori pahit yang telah terjadi. Bersumpah serapah, menyalahkan diri sendiri. berandai-andai, "andaikan aku bisa pergi ke masa lalu" atau "andaikan waktu bisa berputar".

sulit untuk berdamai dengan masa lalu. Kesulitan itu akan terus ada dan tak akan pernah terlupa karena satu hal. Yaitu karena kesalahan di masa lalu selalu memberikan penyesalan di masa sekarang.

Walaupun sudah berlalu. Kesalahan di masa lalu akan terus berkaitan dengan masa yang akan datang. Kesalahan di masa lalu selalu memberikan bekas yang sulit dihilangkan.

walaupun suatu saat bisa saja terlupakan. Namun terkadang akan teringat kembali ketika muncul suatu masalah yang ada kaitannya dengan kesalahan di masa lalu. Ketika itulah kita sadar bahwa kesalahan masa lalu bukanlah sesuatu yang spesifik. Namun akan seperti rantai, saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lalu ketika penyesalahan itu berubah menjadi sebuah masalah baru, terkadang kita akan menemukan jalan buntu. semuanya akan terlihat rumit. Memilih untuk pasrah atau putus asa adalah 2 pilihan yang sulit dibedakan. Keduanya seperti melebur jadi satu.

Kita selalu berharap semuanya akan cepat berakhir. Tapi kita merasa bahwa prosesnya sangat sulit dijalani. Tiap detail nya jadi tekanan yang menyakitkan.

Pada akhirnya tidak ada yang bisa kita lakukan selain menunggu. menjalani semua prosesnya dengan baik. Terlepas dari sebesar apapun masalah itu.  sesakit apapun harus dijalani. biarkan takdir berjalan sebagaimana mestinya.

2 pilhan via mila804.wordpress.com

Mungkin, Salah satu hal yang membuat kita bingung dan gelisah adalah kita sering dihadapkan pada 2 pilihan.

Opsi yang terbagi 2 mungkin bagian dari konsep sederhana hukum alam atau memang sebagai cara tuhan memberikan cobaan pada umat manusia?

Ketika dihadapkan pada 2 pilihan kita akan merasa kebingungan, gundah, gelisah dan tidak tahu mana yang harus kita pilih. Bila salah memilih saja, akan fatal akibatnya. Dalam kehidupan, kita akan sering dan tak akan bisa jauh dari yang namanya konsep, memilih diantara 2 pilihan. Dari mulai bangun pagi hingga tertidur lagi setelah menjalani aktivitas kita selalu dihadapkan dengan 2 pilihan.

Hal-hal sepele seperti ketika bangun pagi, kita diberi pilihan apakah harus melanjutkan pergi ke kamar mandi atau melanjutkan tidur. kemudian, setelah sarapan pagi kita diberi pilihan apakah memilih menyempatkan menonton tv sebentar atau segera pergi ke sekolah. Sampai di sekolah kita diberi 2 piihan lagi, apakah akan langsung masuk ke kelas atau memilih pergi ke kantin untuk sekedar bercengkrama dengan teman-teman. ketika guru sedang menerangkan materi pelajaran, kita memilih untuk mendengarkannya atau memilih tidak mendengar a.k.a asik mengobrol dengan teman sebangku.

Semua itu adalah pilihan. Jadi dari mana kita akan memulai sebuah pilihan? Sekecil apapun pilihan itu akan memberi dampak besar yang mungkin tidak kita ketahui.

Siapa sangka ketika kita lebih memilih melemparkan pecahan beling ke tengah jalan daripada membuangnya ke tong sampah. Bisa saja disaat yang sama, ada kendaraan besar yang lewat, lalu tergilas oleh ban mobilnya dan mengakibatkan mobilnya tiba-tiba kempes, lalu oleng, menabrak pohon, pohon itu lalu tumbang terkena rumah, lalu rumahnya hancur, lalu kompor gas yang ada dirumah itu meledak, lalu terjadi Kebakaran, kebakaran itu menyebabkan api menjalar kemana-mana, rumah lain ikut terbakar, orang-orang histeris ketakutan dan jadilah tragedi beling-beling kaca.

Okelah itu lebay. Tapi itu mengingatkan kita memang pada sebuab film fenomenal: Final Desnation yang berawal dari kesalahan kecil kemudian menjadi masalah besar. Tapi siapa yang akan tahu kejadian buruk akan terjadi? Masa depan? Masa depan adalah sesuatu yang paling menjadi misteri. Mestipun di dunia ini sudah banyak peramal bahkan peramal dadakan di jejaring sosial yang  menyediakan ramalan berdasarkan bintang kita tentang masa depan mengenai jodoh, keuangan sampai nasib kita di masa depan. Ironi memang. Mungkin perlu diketahui bahwa orang yang mencoba meramal itu bahkan tidak begitu tahu tentang masa depannya sendiri.

Namun cara terbaik untuk memulai sesuatu pilihan adalah dengan berpikir. Menentukan mana yang harus dijadikan pilihan. Tergantung apakah pilihan yang kita pikirkan itu salah atau benar, kita harus tetap memillihnya. Tapi kita bisa menimbang 2 pilihan itu berdasarkan kemungkinan terburuk. Dalam artian, kita bisa memilih satu pilihan yang resikonya paling kecil.

Atau mengira-ngira apakah pilihan satu dengan yang lainnya akan berefek buruk atau salah satunya memberi efek baik untuk kita. Bukan sekedar baik sih, lebih kepada apakah efek itu akan berdampak positif dan negatif. Terkadang efek buruk juga akan memberi suatu hal positif. Persis seperti obat. Rasanya pahit tapi memberi efek positif bagi penggunanya.

ketika Segala cara dan upaya telah dilakukan. Namun kita masih belum menemukan pilihan yang menurut kita tepat, Allah menyediakan suatu media yang paling ampuh kita. Yakni sholat istikharah. mari Kita sholat istikharah!


Juni, 2013

Ilustrasi perbedaan via Ricochet.com

Khayalan dan kenyataan. Bagaimana pun, keduanya nya tidak bisa menyatu. Terpisah pada dimensi yang berbeda, seperti kehidupan manusia dan alam asral.
Khayalan terhindar dari kepahitan. Semuanya bisa menjadi indah dalam khayalan. Bilamana punya imajinasi tinggi, dimensi khayalan akan membuat terlena. Akan tetapi, ketika sudah kembali pada kenyataan, semuanya berubah. Membandingkan keduanya akan tampak menyakitkan bila sedang berada dalam sudut kenyataan. Dimensi khayalan membuat iri. Semuanya indah, teratur, sesuai kemauan.
Terkadang, khayalan adalah bentuk kebalikan dari kenyataan. Percaya atau tidak, membayangkan sesuatu yang indah dalam khayalan, akan terjadi kejadian sebaliknya pada kenyataan.
keduanya seringkali bertabrakan nasib. terkadang khayalan lebih indah dari kenyataan. Sayangnya, karena berada pada 'dimensi' yang berbeda, keduanya tidak bisa bergantian tempat. Keduanya tetap pada posisinya. Tetap pada porsi masing-masing. Kenyataan tetap pada kenyataan.
Dan khayalan, tetap dalam khayalan.

Sumber foto: muhirapage.com

Memulai bukanlah sesuatu yang salah. Namun, ada banyak alasan untuk tidak memulainya. Ada ribuan alasan yang tidak bisa dijelaskan. Sulit untuk dilakukan. Seyogyanya, Dia telah memberikan jalan selebar-lebarnya, seluas-luasnya. Akan tetapi acap kali kesempatan itu datang, sulit untuk memulainya.

Memulai bukan sesuatu yang salah. Bukan maksud tak ada kemauan, tak keinginan. Segalanya sudah dikerahkan namun sayang tak terlihat. Nazaar dan sumpah serapah sudah dikerahkan untuk membuktikan pada-Nya bahwa ini sangat serius.

Memulai bukan sesuatu yang salah. Terkadang, muncul perasaan negatif yang mengintimidasi pikiran dan mengatakan kalau semuanya sia-sia. Menjadi makhluk yang paling tidak berguna. Merasa bahwa kenapa sesuatu yang menurut orang lain mudah, namun satu makhluk mengganggap sulit. Permasalahan ini, Mereka mengganggapnya bonus, sedangkan satu mahkluk mengganggapnya bencana besar.

Memulai bukanlah sesuatu yang salah. Masalah itu merubah seperti batu besar yang hancur berkeping-keping. Dan salah satu kepingan berukuran paling besar. Sisanya hanyalah bebatuan kecil segegaman tangan, bahkan sekecil butiran pasir.

Memulai bukanlah sesuatu yang salah.
batuan paling besar bertahan lebih lama. Terdiam nyaman ditempatnya. Tak terusik. Tak tergeser meskipun aliran air hujan menyeretnya atau terhempas oleh hembusan angin tornado sekalipun. Sedangkan batuan-batuan kecil cepat terhanyut, cepat terhempas. Namun, jangan menggap remeh. Kerikil-kerikil ini takkan hilang bila bebatuan besar itu tak menghalanginya.

memulai bukanlah sesuatu yang salah. Ketika memulai sudah tak bisa dilakukan. Apa yang mau dikata? Bebatuan besar itu secara 'ajaib' akan membesarkan dengan sendirinya. Tak ada teori ilmiah yang bisa menjelaskan kenapa bisa seperti itu. Dan ada masa dimana sesuatu yang membingungkan terus menerus terjadi.

Memulai bukalah sesuatu yang salah. Masa-masa kebingungan itu ber-kamuflase menjadi masa depan yang dirasa sangat buruk. Menghancurkan satu persatu atau menyebar sesuka hati. Tak pernah ada solusi hingga kini. Hanya bisa berangan-angan saja bahwa kamuflase itu cepat berakhir. Entah sampai kapan.

Memulai bukanlah sesuatu yang salah. Menunggu keberuntungan saja belum cukup menyelesaikan masalah. Lagipula, bebatuan besar tak mungkin hancur tanpa ada dorongan dari luar. Dia memang bisa berubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tetapi, apa harus segala hal disandarkan pada faktor luck dari Nya saja?

Memulai bukanlah sesuatu yang salah.Entah kenapa betapa sulitnya memulai. lalu apa harus dilakukan? Tak ada cara lain selain Jalan ditempat. ya, berjalan tapi tak  kemajuan. Sampai kapan? Sampai nanti. Mungkin hanya Dia yang tahu jawabannya.

Tidak seperti yang dia bayangkan. Trouble trouble kecil yang menempel bak jamur di siang bolong tak mau pergi bahkan berkembang tanpa seijin pemiliknya. Menjadi semacam hubungan timbal balik yang merugikan salah satu pihak. (atau mungkin kedua-duanya).
Diluar, dia tampak tak ada masalah. Namun orang introvert memang pintar menyembunyikan masalah. Sekarang, siapa yang tahu kalau dia yang jarang terlihat murung dihadapan orang, yang katanya selalu tersenyum jarang terlihat galau, akan tetapi ketika ditempat yang sangat privasi bahkan mengalami setres hebat? Who knows?  Hanya dia dan tuhan yang tahu tentang masalahnya.
Selama ini dia cukup nyaman, menyimpan seluruh trouble hidupnya. Dalam artian, dia merasa tak ada yang perlu diutarakan kepada orang lain. Lagipula, menurutnya, solusi terbaik dalam menghadapi sebuah masalah tidak selalu didapat dari orang lain. solusi terbaik selalu ada pada diri sendirinya.
Dia sangat sangat menyadari hal itu. Yang terjadi sebenarnya adalah dia bisa dengan mudahnya mencari solusi dari semua masalahnya. Akan tetapi, kenapa masalah tersebut tidak kunjung selesai.
Penyebabnya karena dia enggan untuk memulai menyelesaikannya. Perumpamaannya seperti sebuah skill. Dia hanya memahami atau tahu teorinya saja. Namun ketika dihadapkan pada praktek, dia akan tangan..