Menerima Semua Keadaan Ini

prosa


Apakah kita sadar bahwa setiap keadaan buruk itu hanyalah kesalahan kita dalam berpikir?

Mungkin kita masih ingat ketika masa-masa sekolah, selesai ujian semester kita merasa sangat senang. Sebab kita akan segera mengadapi libur panjang. 

Hari libur merupakan hari yang di tunggu-tunggu karena itu artinya tidak akan ada tugas, tidak akan ada PR dan tentu saja bisa bangun tidur sesukanya. 

Namun lama-kelamaan hari libur itu akan berubah jadi membosankan. Lalu kita berpikir ingin cepat-cepat masuk sekolah lagi, ingin bertemu teman dan belajar lagi. Tapi sehari sebelum hari libur berakhir, kita malah mengeluh, "Liburnya kurang lama!" 

Di hari setelah masuk sekolah, kita merasa ingin libur lagi. Ingin rebahan lagi. Ingin bangun siang lagi. Jadi sebetulnya apa yang benar-benar kita inginkan? Dikasih libur, ingin sekolah. Dikasih sekolah, inginnya libur. 

Kejadian-kejadian seperti ini bukan saja dirasakan anak sekolahan. Mahasiswa dan pekerja kantoran pun merasakan pola yang sama. 

Ketika libur semester, inginnya masuk kuliah. Tapi ketika masuk kuliah, inginnya libur. Pas libur di tanggal merah nasional, inginnya masuk kerja. Pas kerja inginnya libur. 

Kenapa keadaan ini sering terjadi? Setumpuk tugas dan pekerjaan memang membuat setres. Demi terbebas dari masalah itu, kita menginginkan libur sebagai refreshing. 

Namun, libur panjang akan menemukan titik jenuhnya karena tidak banyak rutinitas yang bisa dilakukan. Jadi justru kesibukan di sekolah, kampus atau kantor adalah penghilang rasa jenuh itu. 

Bahkan dalam situasi pandemi, pola-pola tersebut mungkin saja terjadi dalam hidup kita. 2 bulan lebih di rumah saja rasanya membosankan. 

Tapi nanti kalau keadaan sudah berjalan normal dan kita bisa beraktivitas seperti biasa, ada kemungkinan kita akan rindu berlama-lama tinggal di rumah.

Jadi sebetulnya orang-orang itu selalu menginginkan keadaan yang tidak ada pada dirinya. Ketika ada di posisi A, inginnya di posisi B. Ketika kecil, inginnya cepat dewasa. Pas dewasa, inginnya kembali jadi anak kecil.

Bukankah itu salah satu bentuk tidak bersyukur? Padahal dalam situasi apapun harusnya kita bisa menerima semua hal dengan ikhlas. 

Baik buruknya keadaan yang kita rasakan sekarang harusnya dinikmati saja. Entah itu nyaman atau tidak, kunci utamanya adalah bagaimana kita bisa mengatur pola pikir agar selalu positif. 

Dan satu hal lagi: kurang-kurangi mengeluh! Karena itu sama saja membuat hari-hari kita bertambah buruk.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.