Mengeluh di Pagi Hari


Kalimat yang keluar dari mulut saya pagi ini:

"Ya Tuhan, Kapan saya bisa free?" 

Hari ini ketemu senin lagi. 

Pagi-pagi sudah ngomong sendiri. Bukannya bangun, sholat, pergi ke kamar mandi. Saya malah tidur lagi dan kembali bermesraan dengan mimpi. 

Rasanya-rasanya, mimpi lebih indah daripada ekspetasi. Apalagi menjalani kenyataan hidup yang sekeras ini. Jangankan memikirkan soal hati, beban yang pundak saja sudah sulit dihadapi.

"Sampai kapan saya begini?"

Kalau saya tetap melanjutkan tidur, masa depan saya bisa hancur. Karena tidak ada orang yang sukses di tempat tidur kecuali pelacur. (dimiringin tulisannya). 

Kalau saya tidak melaksanakan rutinitas ini, mau jadi apa saya nanti? Saya tidak terlahir dengan segudang privelege untuk bisa hidup bebas kesana-kesini. Sedangkan tuntutan hidup semakin menjadi-jadi.

Akhirnya saya paksakan mandi. Siap-siap untuk pergi. Meski sudah muak dengan rutinitas seperti ini, tidak ada jalan pintas untuk dilewati. Suka tidak suka harus tetap dijalani.

Kita tidak tahu diluar sana mungkin ada yang iri dengan aktivitas yang kita jalani.  Jadi, meski berat hati, hari senin ini mengeluhnya mulai dikurang-kurangi. Bersyukurnya lebih ditingkatkan lagi. Syukuri saja apa yang telah kita miliki.

Selamat pagi.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.