Budaya Bersih-Bersih Rumah Kalau Ada Tamu Datang

Ruang berantakan
Tampilan sebuah ruangan rumah sebelum kedatangan tamu tak di undang, pulang tak di antar
Ketika kamu bertamu ke rumah seseorang, apalagi itu di rencanakan jauh-jauh hari, percayalah bahwa kemungkinan besar apa yang kamu lihat di rumah tersebut adalah "rekayasa".

Kenapa? Sebab banyak orang yang tidak mau dilihat negatif jika rumahnya terlihat berantakan. Jadi, kalau ada tamu datang, yang awalnya berantakan bisa mendadak tertata rapih.

Sepetinya, walaupun tidak di ajarkan lewat kata-kata, kebiasaan "bersih-bersih kalau ada tamu datang" sudah jadi budaya karena orang tua sering melakukannya di depan mata kita. hirnya kita pun merasa hal itu sesuatu yang wajib dilakukan.

Sebagian orang mungkin mengatakan itu bagian dari respect kita terhadap tamu. Tapi kalau di gali lagi intensinya, kita sebenarnya tidak ingin terlihat buruk di mata orang yang datang ke rumah kita.

Apalagi kalau tingkat bersih-bersihnya di golongkan ke dalam beberapa tingkat, tergantung siapa dan apa maksud kedatangan si tamu. Bisa jadi, semakin tinggi derajat kamu di mata pemilik rumah maka orang akan semakin respect dengan keadaan rumahnya.

Jika kamu adalah seorang bos atau atasan yang berkunjung ke rumah bawahanmu, maka kemungkinan mereka akan mengusahakan rumahnya agar terlihat rapi, bersih, dan super wangi.

Apalagi kedatanganmu ke rumah bawahanmu bermaksud ingin mengobrol soal kenaikan jabatan. Waduh, kemungkinan makanan dan minuman istimewa sudah siap sedia di meja.

Pemilik rumah tahu kalau kamu itu tamu "spesial". Jadi, mereka tidak ingin mendapat kesan buruk ketika kamu melihat situasi rumah yang kamu datangi.

Meskipun sebagian dari kita menganggap hal itu aneh, tapi saya yakin kita sendiri pernah atau setidaknya sering melihat kebiasaan ini di lingkungan sekitar.

Temanmu, saudaramu atau selingkuhanmu kemungkinan melakukan budaya aneh ini. Atau, jangan-jangan kita sendiri adalah bagian dari pelaku orang yang suka bersih-bersih kalau ada tamu? Hmm ya ya ya bisa jadi.

Sejak kecil kita memang di tuntut untuk menghormati tamu. Bentuk penghormatan itu seringkali sedikit menyusahkan pemilik rumah. Mereka tidak mau rumahnya dilihat sebagai rumah yang tidak terurus, kotor dan jorok.

Saya sendiri, ketika ada tamu, entah itu teman atau seseorang yang even tidak kenal sekalipun, selalu prepare minimal tidak ada sampah atau kotoran di lantai. Minimal ruang tamu yang merupakan tempat yang pertama didatangi tidak terlihat berantakan.

Padahal, sehari-hari keluarga saya tidak selalu on fire dalam masalah bersih-bersih. Dikala waktunya melakukan pekerjaan rumah, kami rapih-rapih. Tapi ada kalanya sedang sibuk dengan kesibukannya masing-masing, ya, pakaian kotor pun bisa terdampar di segala tempat.

Sampah atau bekas-bekas makanan terkadang menggunung di meja. Harus menunggu salah satu diantara kami yang kebetulan "lagi baik" untuk mau membuang sampah tersebut ke tempat peristirahatannya (tempat sampah-red).

Yang agak lebih parah, saya punya seorang teman yang ketika itu rumahnya akan kedatangan calon mertua. Katanya, niatnya ingin silaturahmi. Sebab usut punya usut, dia sudah dapat lampu hijau untuk memperistri anak calon mertuanya.

Kedatangan di rencakan minggu depan. Teman saya sangat prepare menyiapkan semuanya. Katanya dia harus bikin first impression yang sangat baik dari keluarga calon istrinya.

Dia meminta ibunya memasak makanan paling enak. H-4 dia tiba-tiba membeli beberapa cat tembok dan satu set gorden untuk di pasang di ruang tamu. Untuk apa? Untuk apa lagi kalau bukan agar rumahnya terlihat "baik-baik" di mata calon mertuanya.

Dia cat ruang tamu dan dapur dengan warna cat yang lebih segar. Gorden reot yang warnanya kurang maching, disesuaikan dengan warna cat tembok.

Karpet besar yang dia punya segera di laundry agar bersih dan wangi. Tepat di hari H, calon mertua datang dengan sumringah bertanda rencananya berhasil. Sungguh teman saya yang pintar dan "licik".

Sebetulnya tidak ada yang salah. Hanya saja, apa yang saya dan teman saya lakukan terlihat tidak natural. Namun mau bilang apalagi. Sejak kecil kita sudah dididik seperti itu. Saya yakin sebagian dari kita juga melakukan hal yang sama.

Rumah yang awalnya tidak rapih, tapi ketika ada tamu datang, apalagi tamunya se
pesial, tiba-tiba berubah jadi bersih. Setelah tamu itu pulang, rumah itu kembali pada hakekatnya kembali.

Sebetulnya, ini berlaku pada banyak hal. Bukankah itu sama saja seperti pencitraan? Kita dididik untuk pintar dalam memoles tampilan luar agar terlihat baik di mata orang.

Kita tidak mau dilihat dengan kesan buruk. Maka tampil apa adanya dengan keadaan rumah yang sebenarnya bukan pilihan kita. Kita memilih bersih dan rapih ketika tamu datang saja.

Ya, itu sih berangkat dari pengalaman pribadi ya. Siapa tahu sebetulnya kamu termasuk orang yang rumahnya bersih dan rapih walaupun tidak ada satupun tamu yang datang.

Meski begitu, mereka yang baru pertama kali datang ke rumahmu tidak tahu apa yang terjadi sebelum mereka datang bertamu. Daripada su'udzon, lebih baik berpikir positif saja. Toh tidak ada salahnya juga kan?

Foto: momonganak.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.