#2 Dibalik Nulis: Hobi Nulis Tapi Males Ikut Lomba

dibalik nulis

Sudah beberapa tahun ini saya menulis, tapi bisa dihitung dengan jari berapa kali saya ikut lomba atau berartisipasi pada event-event menulis. Kenapa? Saya punya alasan tersendiri. 

Dulu, semangat saya ikut lomba menulis begitu mengebu-gebu. Tapi ada perasaan saya yang tak bisa dibohongi. Saya merasa menulis dengan mengikuti lomba begitu menyiksa. Saya jadi tidak menikmati kegiatan menulis karena tulisan yang dibuat tidak sesuai dengan apa yang mau saya tulis. Dalam event menulis, saya harus mengikuti tema tertentu yang kebanyakan tidak saya kuasai.

Saya harus memikirkan tema tulisan sesuai yang sudah disepakati oleh penyelenggara lomba. Padahal selama ini saya menulis bukan berdasarkan “pesanan” orang lain, tapi saya menulis sesuatu yang ingin saya tulis saja. Saya terbiasa menulis tanpa deadline dan hanya menulis ketika ada sesuatu yang ingin saya sampaikan dalam pikiran saya.

Kegiatan menulis yang saya lakukan lebih ke menyampaikan uneg-uneg atau kegelisahan saja. Kalau saya melihat suatu yang membuat saya ‘geregetan’ maka saya akan sampaikan lewat tulisan. Sama seperti kalian yang hobi curhat. Rasanya kalau lagi banyak masalah, pasti bawaannya ingin curhat sama orang. Kurang lebih itu yang saya rasakan. Jika ada suatu kegelisahan atau gagasan yang muncul dalam pikiran saya, bawaannya jari-jari tangan saya ingin cepat-cepat ngetik di depan laptop.

Tapi saya sadar bahwa tujuan jangka panjang saya menulis bukan cuma mentok sebagai hobi. Tapi lebih sekedar hobi. Saya ingin mengembangkan kemampuan menulis saya pada bidang pekerjaan tertentu. Saya ingin menulis buku, saya ingin jadi content writer, penulis skenario atau jurnalis. Saya ingin bergelut di bidang profesi yang berhubungan dengan dunia tulis-menulis. Maka tidak cukup hari ini saya sekedar menulis ‘semau-maunya’ saja tanpa target dan pencapaian yang jelas.

Salah satu bukti pencapaian dari seorang penulis adalah karya yang diakui, di apresiasi. Dalam cara saya mengikuti lomba  dan memenangkannya,itu bisa jadi modal saya untuk memenuhi portofolio menulis saya di masa yang akan datang. Dan mungkin bisa jadi pertimbangan bagus jika saya memasukannya dalam sebuah CV yang akan berguna ketika suatu saat saya melamar kerja di bidang-bidang yang berhubungan dengan menulis.

Apa saya sudah melakukannya? Untuk saat ini belum. Tapi saya sedang berusaha melakukannya meski dengan perasan berat hati. Untuk memenuhi portofolio, sebenarnya ada cara lain. Seperti saya mengirim tulisan pada beberapa media massa. Saya sudah sering melakukannya walaupun hasilnya tidak terlalu baik. Saat ini saya sedang keluar dari zona nyaman saya dalam menulis. Entah apakah saya bisa melakukannya atau tidak.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.