Fenomena Artis Nyaleg

Artis nasdem
Sejumlah artis nyaleg dari partai Nasdem (foto: kompas.com)

Tidak sedikit yang mengkritik tentang fenomena artis nyaleg. Mereka dianggap "aji mumpung", memanfaatkan popularitas semata dan minim pengalaman. Yang disalahkan bukan cuma artisnya, partai politik sebagai sarana kaderisasi dianggap tidak becus dan cenderung pragmatis karena tidak memilih calon berdasarkan integritas. 

Tetapi secara konstitusi ini jelas tidak menyalahi aturan karena setiap warga negara indonesia memang berhak untuk memilih dan dipilih. Kalau mau berpikir lebih fair, banyak juga calon dari kalangan non-artis yang minim integritas juga. 

Menunjuk seorang artis untuk mengikuti kontestasi politik tidaklah buruk selama memang ada keinginan tulus untuk mengatasi  permasalahan di masyarakat. Karena ada beberapa artis juga yang sebelum terjun ke politik, pernah melakukan aksi-aksi sosial yang layak diapresiasi. 

Atau beberapa musisi seperti Giring Nidji misalnya, sejak dulu sampai akhirnya bergabung dengan PSI, ia sering vokal terhadap kebijakan maupum regulasi di pemerintahan. Ia aktif dan kritis pada isu-isu politik nasional.

Ini menurut saya bisa jadi modal dasar yang sedikit banyak bisa memberikan gambaran kepada pemilih bahwa si artis ini tidak hanya modal terkenal, tapi memang punya niatan yang baik untuk terlibat dalam mengurusi hajat hidup orang banyak.

Namun dalam contoh lain, ada pula artis yang dulu jarang atau bahkan tidak pernah berbicara politik di ruang publik tapi tiba-tiba merasa paling melek politik setelah dicalonkan sebagai caleg. Apalagi caleg artis yang tidak pernah terlibat dalam aksi-aksi sosial. Ini yang perlu di "waspadai" oleh calon pemilih karena tidak ada track record yang bisa di nilai dari si artis selain pintar dalam berakting dan bernyanyi. 

Ketika artis ini memang serius masuk politik praktis, seminimal-minimalnya ada sisi yang bisa dinilai diluar popularitasnya. Ini berlaku sama dengan calon-calon yang bukan dari kalangan artis. Ada banyak juga caleg atau calon kepala daerah yang hanya modal duit banyak lalu merasa bisa mempengaruhi pilihan pemilih tanpa punya track record yang bagus.

Masalah "aji mumpung", sebenarnya sebagian politikus juga siasat yang untuk maju dalam kontestasi politik. Ketika Jokowi menjadi media darling dan sering masuk berita, ini jadi "aji mumpung" dia untuk maju di pilgub jakarta sampai nyapres hingga jadi presiden. 

Sebab narasi "aji mumpung" ini sebenarnya merupakan cara memanfaatkan popularitas yang sudah ada, baik popularitas yang didapat karena seseorang main film, jadi penyanyi maupun politikus yang populer karena sering disorot media oleh kebijakan-kebijakannya di pemerintahan. 

Bukan sesuatu yang haram jika artis nyaleg karena  demokrasi kita memang memberi peluang besar untuk orang terkenal bisa terpilih sebagai anggota legislatif. Hanya saja bukan berarti integritas di nomor duakan. Sekarang ini masyarakat kita sudah banyak yang cerdas dalam menentukan pilihan politiknya. Walaupun sebagian lagi masih terkekang oleh politik identitas dan urusan emosional semata. 

Tapi jika melihat fakta di lapangan, popularitas bukan jadi satu-satu penentu kemenangan. Jadi mari kita lihat nanti apakah fenomena artis nyaleg ini akan berjaya atau tidak. Mudah mudahan seperti artis nyaleg ini bukan hanya besar mulutnya, besar janjinya. Tapi juga besar "anu"nya.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.