Doa untuk dua gadis

doa untuk dua gadis
via nonobong.wordpress.com
Alkisah, ada seorang ulama besar yang terkenal alim. Disamping alim, beliau juga dikenal sebagai seorang ulama yang tidak mau menjilat kepada penguasa. Beliau adalah seorang yang teguh pada pendiriannya. Beliau adalah Fudzail bin Iyad. Seorang ulama yang memiliki masa lalu sebagai perampok. Kemudian setelah bertobat, ia abdikan seluruh hidupnya untuk beribadah kepada Allah. Higga dalam setiap doanya, senantiasa dikabulkan oleh Allah SWT.

Sebagai seorang ulama yang enggan menjilat kepada penguasa, tentunya kehidupan rumah tangganya tidaklah diliputi dengan kecukupan harta dan kemewahan. Hidupnya hanyalah pas-pasan. Dengan sedikit rizki dari Allah, cukuplah untuk menyambung hidup keluarganya. Beliau dikaruniai dua orang gadis yang sudah menginjak remaja,

Pada suatu ketika, ia memanggil istrinya, “hai istriku, kalau aku sudah meninggal nanti, bawalah anak-anak kita ke Gunung Abu Qubais. Disana tengadahkan wajahmu ke langit dan berdoalah kepada Allah, “ya, allah. Fudzail menyuruhku untuk menyampaikan pesan-pesannya kepada-Mu. Ketika aku masih hidup, kedua anak-anak yang tidak berdaya ini telah kulindungi dengan sekuat kemampuanku. Tetapi setelah Engkau mengurungku di alam kubur, mereka kuserahkan kepada Engkau kembali.”

Waktu pun terus berjalan, higga akhirnya kematian Fudzail pun tiba. Setelah jenazahnya dikebumikan, istrinya pun teringat akan pesan Fudzail. Kemudian ia pun mengajak kedua anak gadisnya menuju Gunung Abu Qubais. Tempat dimana sang suami pesankan kepadanya.

Setibanya di tempat yang dituju, istri Fudzail pun berdoa sambil menangis dan meratap kepada Allah. Ia pun berdoa seperti diajarkan Fudzail padanya. Dan Allah Maha Mendengar apa yang dikehendaki hamba-hamba Nya. Sambil berisak tangis kepada Allah istri Fudzail pun terus saja melanjutkan doanya.

Sementara itu, dengan kehendak Allah pada saat itu juga melintas rombongan penguasa dari Yaman. Terlihat seorang pangeran beserta dua putranya memimpin rombongan tersebut. Melihat seorang wanita yang sedang terisak menangis, rombongan itu pun berhenti.

Sang pangeran pun bertanya, “apakah kemalangan yang menimpa diri kalian hingga kalian bertiga seperti itu ditempat ini?”

Istri Fudzail pun menjelakan keadaan yang menimpa mereka. Bahwa merek telah ditinggal mati oleh sang kepala rumah tangga. Sementara ia tidak mewariskan harta sama sekali. Dan kedua putrinya sudah saatnya untuk dinikahkan. Apa gerangan yang dapat dilakukan?

Mendengar penjelasan istri Fudzail itu sang pangeran berkata: “jika kedua putrimu itu kujodohkan dengan kedua putraku ini, bagaimana? Dan untuk masing-masing keduanya kuberikan mas kawin sepuluh ribu dinar, apakah engkau mau menerimanya?”

Mendengar perkataan Sang Pangeran itu, istri Fudzail setengah tidak percaya. Ia nampak bengong dan akhirnya berteriak gembira seraya berkata, “baiklah pangeran, saya terima.”

Akhirnya dengan memakai tandu-tandu dan permadani mewah, istri Fudzail dan kedua anak gadisnya diboyong ke negeri yaman. Sesampainya di negeri tersebut, pesta pernikahan pun diselenggarakan dengen meriah dan suka ria. Istri Fudzail pun tidak henti-hentinya berucap syukur kepada Allah SWT. Doa Fudzail untuk kedua anak gadisnya telah dikabulkan oleh Allah.

Note: diambil dari buku “Abu Nawas Mau Terbang” Karya Aziz Mushoffa. (hal. 39-41)

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.