Salam Rindu dari Anak Perantauan

kampung halaman
village via pexels.com
Sudah cukup lama Adinda menjadi manusia perantau di kota kecil ini. Keluar dari zona nyaman, keluar di kota kelahiran. Meninggalkan sanak keluarga dan teman-teman (dan gebetan, dan pacar, dan friendzone serta selingkuhan).

Sesungguhnya Adinda datang kesini bukan karena niat, namun karena sebuah ‘kecelakaan’. Tak usahlah Adinda cerita kecelakaan apa yang telah menimpaku ini. Sebab, mengingatnya saja Adinda tak kuat. Ingin rasanya lambaikan tangan ke kamera. Itu terlalu menyakitkan kawan-kawan. 

Adinda awalnya tak terima, namun apa boleh buat. Mungkin sudah jalanNya adinda kuliah disini walau dengan berat hati. Bapa dan mama di kampung halaman sudah memberikan harapan besar pada Adinda untuk bisa kuliah. Adinda tak ingin mengecewakan mereka.

ketika Adinda terlenyap dalam lamunan, Adinda selalu ingat kampung halaman. ingat orang tua bekali Adinda dengan sejumlah uang. Uang yang sebagiannya lagi keluar lebih dulu demi biaya UKT dan kostan.

Belum lagi biaya transfortasi kesini yang jauh, melintasi lautan dan daratan. Adinda bahagia mengingat pengorbanan orang tua untuk Adinda bisa tetap kuliah dan punya masa depan yanng cerah. Ketika adinda lelah dan mulai dihinggapi rasa malas, adinda akan ingat bapa, mama dan adik. Dari situ Adinda sadar, Adinda harus banggakan orang tua.

Namun masalah utama anak perantauan adalah rindu yang sulit dihindari. Rindu dengan kampung halaman, rindu dengan keluarga disana. Sulit untuk bertemu karena dipisahkan oleh jarak dan waktu.

Dulu adinda bisa pulang ke rumah kapan saja, bertemu dengan orang tua dan adik hampir setiap hari. Namun setelah merantau seperti sekarang adinda baru sadar bahwa adinda sangat menyayangi mereka. Adinda merasa kehilangan mereka.

Ada satu pepatah mengatakan, ‘kita akan merasa kehilangan seseorang yang kita cintai ketika seseorang itu sudah tidak hadir disamping kita’. Adinda sangat setuju dengan pepatah itu. Adinda baru merasakan rasa kehilangan yang benar-benar kehilangan ketika jauh bersama orang yang Adinda cintai. Adinda tidak menyangka bisa serindu ini sebelumnya. Padahal dulu bertemu setiap hari saja terasa biasa.

Pada akhirnya, ketika rindu itu datang Adinda hanya bisa menangis. Meratapi kerinduan, menatapi foto-foto kenangan mereka yang ada di ponsel. Ingin sekali Adinda menghubungi mereka setiap hari lewat telepon, tapi Adinda takut menganggu kesibukan mereka juga. Tapi adinda yakin, cepat atau lambat Adinda akan bertemu mereka lagi.

Maksud hati memeluk gunung, namun sayang tangan tak sampai. Maksud hati ingin bertemu, namun sayang terpisahkan oleh waktu.


 Adinda yang diselimuti rindu, 18 Oktober 2016

Diberdayakan oleh Blogger.