Bertambahnya Umur, Bertambah Pula Penyesalan

Bertambahnya umur, bertambah pula peyesalan

Sekarang saya mengerti kenapa sebagian orang dewasa tidak suka di tanya soal umur. Mereka menganggap umur itu seperti sebuah aib. Terutama bagi mereka yang "penolak tua".

Yang biasanya sensitif ketika di tanya umur adalah wanita. Saya tidak tahu kenapa. Mungkin wanita punya tuntutan sosial untuk selalu tampil cantik dan segar. Dan usia yang terus bertambah dianggap sebagai simbol berkurangnya kecantikan akibat kerutan dan noda-noda di wajah.

Saya pikir saat ini bukan hanya wanita. Pria pun punya keluhan yang sama. Ada sebagian dari mereka yang merasa insecure kalau di tanya soal umur. Awalnya saya merasa itu terdengar aneh. Bukankah katanya laki-laki akan terlihat lebih tampan ketika usianya bertambah? Saya tidak tahu itu benar atau hanya pembenaran saja.

Namun saya sadar ketika insecure soal umur ini pada akhirnya di alami saya juga. Saya pun mulai merasa terganggu kalau ada orang yang bertanya soal umur. Alasannya bukan karena fisik, tapi karena alasan yang lebih personal.

Umur saya sudah mau mendekati seperempat abad, tapi saya merasa belum melakukan apa-apa. Ada banyak hal yang belum saya lakukan di usia saya yang sekarang, sehingga saya merasa bersalah pada diri sendiri.

Setiap kali melihat masa lalu, perasaan menyesal menghantui saya setiap waktu. Agar penyesalan tidak berkepanjangan, seharusnya saya tidak tinggal diam. Saya perlu melakukan satu hal. Bahkan mungkin bukan satu, tapi banyak.

Saya merasa sudah terlambat untuk memulai segala sesuatunya dari awal. Mungkin saya bukan manusia yang pandai bersyukur. Saya lebih banyak mengeluhnya. Saya tahu itu tidak baik. Tapi saya merasa tidak sanggup melihat keadaan saya yang sekarang.

Ada fase dimana saya iri sekaligus miris dengan orang-orang yang lebih muda usianya dari saya. Kenapa? Saya merasa mereka masih punya waktu bersenang-senang. Sedangkan kita-kita yang lebih tua ini sudah seharusnya menatap ke depan karena bukan waktunya lagi untuk bersantai-santai.

Dan hal yang membuat saya miris pada mereka yang lebih muda adalah terkadang tidak berpikir tentang jangka panjang. Saya tidak mau suatu saat mereka akan menyesal dengan masa remajanya karena tidak banyak melakukan hal-hal yang berfaedah dalam hidup.

Setiap kali bertemu orang-orang yang sedang menikmati masa remajanya, ingin sekali saya berkata bahwa semua yang dilakukan mereka saat ini akan membuahkan penyesalan di kemudiam hari. Saya ingin berkata begitu karena saya sudah melewati fase itu.

Sebagai orang yang lebih berpengalaman, saya merasa perlu menjadi lebih bijak pada mereka yang lebih muda dari saya. Meskipun kenyataannya saya merasa tidak pantas untuk menasehati karena hidup saya pun masih begini-begini saja. Jauh dari embel-embel sukses.

Jadi menasehati orang yang lebih muda nampaknya bukan sesuatu yang mau saya lakukan. Saya berpikir mungkin mereka akan sadar sendiri dengan kesia-siakan yang mereka lalukan suatu saat nanti. Jadi biarkan mereka sadar dengan sendirinya.

Jika masa remaja mereka tetap seperti itu, mereka akan mengalami fase yang sama dengan saya, yaitu fase penyesalan. Namun saya tahu menyesal saja tidak ada gunanya. Yang sudah pernah terjadi tidak akan bisa kembali lagi.

Menatap ke belakang tidak membuat seseorang menjadi lebih baik. Kata orang bijak, kita tidak bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa mengubah masa depan. Karena itulah meski semuanya terasa sudah terlambat, tapi alangkah baiknya menjalani apa yang bisa jalani.


Saya tidak bisa pulang ke masa remaja saya lagi untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat, tapi bukankah saya masih bisa melalukannya sekarang? Jadi saat ini saya berusaha melakukan sesuatu yang tidak sempat saya lakukan dulu.

Saya berusaha mengejar mimpi saya yang sebetulnya sudah terkubur lama. Sesekali, memikirkan masa lalu tidaklah buruk. Sebab itu bisa jadi cermin agar orang tahu apa yang harus diperbaiki.

Agar penyesalan itu terulang kembali, saya mesti bertindak cepat. Melakukan sesuatu yang saya inginkan. Terkadang saya harus melakukannya dengan totalitas dan tidak sedikit mengorbankan hal lain. Tapi itu resiko yang harus dijalani.

Namun saya punya keyakinan bahwa sebaik apapun seseorang bekerja keras, penyesalan itu pasti ada. Jadi kunci utamanya bukan sebatas melakukan sesuatu yang bermanfaat, tapi belajar untuk selalu ikhlas dengan kenyataan.

Menyesal artinya belum adanya keikhlasan dalam diri. Menyesal bisa berarti melawan kodrat alam karena kita menyesali sesuatu yang jelas-jelas tidak bisa dirubah.

Merasakan penyesalan itu wajar, asalkan dilakukan sesuai porsinya. Setelah itu, lakukan apa yang bisa dilakukan. Jangan di tunda-tunda, karena penyesalan biasanya lahir dari sana.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.