Rindu Kalau Semuanya Telah Berlalu

prosa


Dikala waktu banyak dihabiskan di rumah, siapa bilang waktu istirahat bertambah? Bagi sebagian orang, rumah adalah tempat singgah ketika seharian bergumul dengan lelah. Namun rumah hari ini telah banyak berubah. Dia seperti ruang pengap yang membuat orang jadi tidak betah. 

Sebagian orang tetap bekerja seperti biasanya meskipun tak boleh kemana-mana. Artinya, istirahat total adalah sebuah kemustahilan. Pun jika waktu senggangnya lebih banyak dari biasanya. Siapa juga yang nyaman hidup di tempat yang sama. 24 jam lamanya. Bertemu dengan orang yang itu-itu saja. 

Masalahnya, ketika semua orang di rumah, banyak orang berubah jadi sok-asik. Lebih banyak mencari perhatian orang lewat instagramnya. Mereka lebih narsis dari hari-hari biasanya. Itu semata-mata dilakukan untuk membunuh waktu yang dirasa sangat membosankan. 

Jalan-jalan keluar, bertemu banyak orang, berdekatan tanpa jarak, menghirup udara bebas—yang meskipun lebih banyak polusinya—tetap saja jadi momen yang paling dirindukan. 

Mungkin, bisa saja kita bertindak nakal untuk melawan anjuran pemerintah. Tapi untuk apa? Kalau masih punya rasa layaknya seorang manusia yang beretika, keluar untuk hal-hal yang tidak mendesak sama saja mengancam nyawa. Kita bisa menjadi "pembunuh" orang lain bahkan tanpa kita mengenal siapa orangnya.

Memang banyak tersiksa dengan keadaan yang buruk ini. Tapi coba pikir-pikir lagi. Setelah nanti kita bisa hidup normal kembali. Kita akan merindukan semua yang telah berlalu.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.