Tentang Marahnya Seseorang

Emosi

Ketika seseorang marah, saya harus mengerti dulu kenapa orang itu bisa begitu. Karena dari marahnya, mungkin ada alasan yang tidak bisa dijelaskan hanya dari satu kejadian.

Kita bisa menjadi korban kemarahan seseorang, bukan semata-mata marah pada satu subjek, tapi bisa saja ada alasan-alasan yang kompleks. Marah karena situasi yang tidak sesuai ekspetasi atau marah karena keadaan-keadaan yang tidak memungkinkan.

Ketika seseorang marah, ada suasana yang tidak meyenangkan. Apalagi jika terlihat di tempat umum. Mereka yang memperlihatkan emosinya seketika akan jadi pusat perhatian orang-orang di sekitarnya.

Itu yang sering terjadi. Beberapa kali saya menyaksikan orang bertengkar di depan umum. Berbicara dengan nada yang keras pada lawan bicaranya. Entah apa yang mereka pertengkarkan.

Yang paling mengejutkan dari ekspresi marah adalah orang yang selama ini tidak terlihat suka marah. Karena orang itu tidak pernah memperlihatkan amarahnya pada orang lain.

Padahal, setenang apapun pembawaan seseorang, pasti pernah merasa marah. Semua orang yang merasa dirinya manusia pasti pernah merasa amarahnya keluar.

Ketika pemimpin Vatikan, Paus Fransiskus menampar tangan wanita Asia di perhelatan tahun baru, saya jelas kaget. Meski kaget, saya sadar bahwa Paus Fransiskus juga manusia.

Dalan islam saja, sekelas Nabi Muhammad SAW sekalipun pernah marah. Sosok Paus yang dikenal ramah dan moderat, tiba-tiba memperlihatkan sisi lain dirinya yang dianggap buruk.

Apalagi saya atau orang-orang yang  kita kenal jarang marah. Dalam keadaan tertentu, saya bisa marah besar.

Di depan banyak orang dan circle pertemanan, saya cenderung tidak memperlihatkan emosi saya walaupun sedang marah.

Itu semata-mata dilakukan agar tidak ada konflik yang berkepanjangan antara saya dengan seseorang yang sedang bermasalah.

Saya cenderung menghindar atau menjauh ketika saya sedang mengalami masalah dengan seseorang dengan harapan orang itu bisa sadar sendiri.

Dalam arti, daripada masalah itu membesar dan menimbulkan konflik yang panjang, lebih baik menyudahinya dengan memilih menghindar dan diam. Diam sambil memberi tanda bahwa ada situasi yang sedang tidak baik-baik saja.

Setiap orang bisa marah karena hal-hal yang berbeda. Terkadang kita tidak mengerti apa yang membuat seseorang jadi marah. Ya, itu karena tingkat ketersinggungan setiap orang memang beragam.

Tapi satu hal yang bisa dimengerti bahwa marah tidak selalu jadi patokan untuk menilai seseorang itu buruk. Marah hanya satu emosi yang keluar secara spontan. Dan pengendalian seseorang terhadap marahnya bisa berbeda-beda. 

Terkadang marah pun bisa jadi bentuk ketegasan. Bisa juga diartikan sebagai prilaku yang dibenci semua orang.

Tergantung bagaimana seseorang melihatnya dari sudut pandang yang seperti apa.

Ada orang yang bisa mengontrol emosinya, tapi dalam keadaan tertentu amarahnya bisa meledak-ledak juga. Namun ada pula orang yang lebih terbuka dengan rasa marahnya. 

Saya berusaha mengerti setiap karakter orang-orang yang saya kenal. Apakah orang itu mudah marah atau tidak. 

Kalau iya, dalam keadaan tertentu saya bisa memaklumi. Tapi jika sudah diluar batas, wajar jika orang itu seharusnya dinasehati agar emosinya bisa di redam.



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.