Sajak Dua Pekan #9

sajak dua pekan

- Mencoba Melangkah

Ada yang lebih sia-sia dari berharap pada manusia
Yaitu ketika kita siap melangkah kemana saja
Tapi kita sadar tak bisa kemana-mana
Kita terjebak di tempat yang sama
Langkah kita terhalang tembok yang bernama kecewa

Kita menatap masa depan tanpa ragu-ragu
Tapi pikiran kita masih di bayangi masa lalu
Kita lupa mengubur semua kenangan pahit itu
Namun kita tak pernah mau tahu
Yang terpenting kita tak akan lagi dipaksa menunggu
Karena itu sama saja mempermainkan waktu

Setiap ekspetasi hanya akan jadi angan-angan
Setiap hati yang cemas hanya akan jadi beban pikiran
Jadi berhentilah berpikir secara berlebihan
Karena percuma jika akhirnya tak bisa jadi kenyataan
Kita hanya bisa terus melangkah tanpa tujuan
Sambil berharap menemukan jalan yang kita mimpikan

- Sudah berlalu

Kita pernah merasa menjadi orang paling beruntung sedunia
Mendapat seseorang yang punya banyak lebihnya
Dan kita terima semua kurangnya
Ucapan syukur kita panjatkan padaNya
Sebab mendapat kebahagiaan yang tak pernah kita kira

Tapi itu tak berlangsung lama
Setelah yang nyata mulai terlihat kedoknya
Setelah sadar yang manis hanya mulutnya saja
Kita pun bertanya-tanya pada semesta
Kenapa kebahagiaan ini hanya datang sementara?

Seratus penyesalan muncul dalam benak kita
Tapi seribu pelajaran memberi kita banyak makna
Tak ada yang salah dengan tanda kecewa
Kita bisa menyikap semuanya dengan bijaksana

Namun kita bersyukur masa kelam itu sudah berlalu
Tak ada lagi pertengkaran yang tidak perlu
Tak ada lagi batin yang menangis sendu
Sekarang kita bisa berdamai dengan masa lalu
Bahkan kita tidak sangka akhirnya akan seindah itu

- Hanya Cerita

Kita sama-sama pernah dipatahkan
Oleh orang-orang yang kita inginkan
Kita sama-sama pernah dijatuhkan
Oleh orang-orang yang kita nanti-nantikan

Setelah waktu kembali berjalan
Kita akan melangkah ke arah yang berlawanan
Kita akan pergi tanpa sempat berpapasan
Kita akan saling berjauhan
Lalu menghilang dan saling melupakan

Untuk apa berharap terus menerus
Ikatan yang di genggam erat sudah terlanjur putus
Perjalanan yang dulu indah kini tak lagi mulus
Memori dalam ingatan itu akan segera terhapus

Yang tersisa dari kita hanya cerita
Yang tidak mungkin kita bawa kemana-mana
Mungkin kita belum bisa menerima
Tapi begitulah kenyataannya
Memang kita maunya seperti apa?
Tidak ada gunanya kalau hanya diam saja

- Turun Hujan

Tepat di tahun baru
Hujan yang di tunggu-tunggu
Akhirnya datang bertemu
Namun waktu itu
Semua menyambutnya dengan sendu

Ketika air hujan turun menyebar
Semua orang berhamburan keluar
Lautan manusia bubar dari "sangkar"
Tak satupun bertanya kabar
Sebab semua orang panik terkapar

Hujan datang tak sesuai keadaan
Airnya berhamburan memenuhi jalanan
Mereka yang sedang di landa hujan tahunan
Ada yang saling menyalahkan
Ada yang menebar kebaikan
Ada pula yang larut dalam kesedihan

Untuk hujan,
Kamu hanya ingin sampaikan satu pesan
Kedatanganmu memang sebuah keberkahan
Tapi juga memberi duka yang mendalam
Sebab kami tak becus berkompromi dengan alam

- Setitik Cahaya

Setitik cahaya bersinar sendirian
Cahaya lainnya telah lama meninggalkan
Tatkala kegelapan datang menerkam
Seketika cahayanya redup di telan malam

Cahaya itu adalah diri kita yang malang
Mencoba berjalan saat tak ada yang mau memberi terang
Yang kita kejar ternyata tak akan pernah datang
Tak ada lagi harapan yang memberi kita peluang

Sampai rasa sakit itu terus menggerogoti
Tak ada yang mau mengobati
Akhirnya kita bangkit seorang diri
Berusaha menenangkan pikiran dan hati

Sayangnya kita tidak tahu sampai kapan ini terjadi
Kita sudah tidak tahu kemana harus pergi
Karena sudah tak ada semangat untuk bersinar lagi
Kita hanya jadi cahaya yang telah lama mati


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.