Mengurangi Beban Pikiran

Less stress

Karena saya cukup aware dengan dunia politik praktis, saya banyak membaca berita dan menonton tayangan politik di youtube. Beberapa channel yang biasanya mengangkat isu politik seperti Geolive, Pinter Politik dan Jakartanicus bisa jadi referensi yang menarik untuk menambah insight saya pada politik.

Diluar itu, ada isu-isu krusial yang juga menarik untuk di ikuti. Isu lingkungan, penegakkan HAM, feminisme, toleransi, multikulturalisme dan seterusnya.

Sikap saya sebetulnya jauh dari kata SJW (Social Justice Warrior). Hanya saja, saya memberi ruang bagi pikiran saya untuk peduli terhadap isu-isu tersebut. Sebab hal itu bisa memberi saya kesadaran bahwa dunia ini selalu berada pada kondisi yang tidak baik-baik saja.

Meskipun awareness saya hanya sebatas tahu dan belum punya tindakan besar. Tapi setidaknya dengan saya sering melihat, mengamati, dan membicarakannya di ruang publik, itu sudah jadi langkah kecil untuk mengajak orang lebih peduli dengan isu-isu global ini.

Dilain sisi, saya menyadari juga bahwa memikirkan isu yang kebanyakan tidak related dengan kehidupan sendiri rasa-rasanya jadi sedikit membosankan. 

Dukungan terhadap isu yang berkembang terus saya lakukan. Setiap kali ada gerakan tanda tangan petisi, saya ikut. Saya ajak beberapa teman untuk mengikuti juga. Saya suarakan dalam bentuk tulisan, kemudian di share ke media sosial saya. Tapi ada momen dimana saya merasa semua kepedulian akan isu-isu tersebut terkadang bisa membebani pikiran.

Setiap hari saya menonton tayangan dan membaca banyak artikel tentang bagaimana dunia ini sedang tidak baik-baik saja. Itu cukup menghantui pikiran saya dan membuat saya skeptis  melihat masa depan.

Suatu saat pikiran-pikiran berat itu coba saya lepas. Saya tinggalkan semua tontotan politik, sosial, hukum dan lain-lain. Sejenak saya meninggalkan perkembangan isu-isu tersebut di media massa. Kemudian saya mulai pilih-pilih berita dari topik yang berat, pindah ke topik yang lebih menghibur. 

Dari berita global warming, saya pindah ke bacaan berita artis pamer uang di rekening. Yang  agak ekstrim, saya mulai mengurangi-ngurangi menonton berita. Lebih banyak menonton film dan mendengarkan musik. 

Kemudian saya mengurangi main instagram, facebook dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk menulis, tidur dan bermain dengan kucing kesayangan. 

Semua yang saya lakukan semata-mata untuk menurunkan beban yang ada di pikiran. Kenyataannya memang berhasil.

Kalau istilah kerennya: less stress. Mencoba mengurangi beban pikiran dengan melupakan atau meninggalkan hal-hal berat dari isi kepala. Hanya memikirkan apa yang ada di depan mata saja daripada memikirkan sesuatu yang pengaruhnya kurang bersinggungan dengan kehidupan pribadi.

Sebenarnya, penting untuk kita ikut mendukung isu atau gerakan yang berlandaskan perjuangan, kebenaran dan keadilan, tapi sesekali saya pun merasa perlu me-refresh pikiran agar kembali pada kewarasannya. Sesekali tidak ada salahnya meninggalkan beban pikiran yang sebenarnya hanya ada diluar diri kita, diluar jangkauan kita. 

Sesekali saya mengajak otak saya untuk berhenti memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Kemudian saya lebih banyak memikirkan diri saya sendiri. Memikirkan dan menyibukan diri dengan hal-hal yang positif.

Diluar sana, ada orang yang mencoba less stress dengan tidak main media sosial selama seminggu atau berbulan-bulan. Ada orang yang ingin less stress dengan makan banyak.

Ada juga orang yang ingin less stress dengan pergi liburan, pergi ke luar kota untuk cari suasana baru. Setiap orang punya caranya masing-masing untuk mengurangi  beban pikiran mereka.

Bahkan tidak sedikit orang yang sejak awal hidupnya sudah less stress dari gangguan eksternal. Mereka tidak pernah memikirkan politik sama sekali. Mereka hampir tidak pernah memikirkan isu lingkungan apalagi mengurusi urusan HAM.

Saat pilpres pun mereka tidak peduli siapa yang akan menang. Yang dipikirkannya cuma bagaimana caranya tetap bisa makan enak di tanggal tua, beli kuota internet, bayar cicilan motor, dan bisa traktir friendzone. Sesimpel itu.

Jangankan memikirkan cara mengolah limbah plastik atau bagaimana cara agar es di kutub utara tidak mencair. Memikirkan cara menghindari teman yang nagih hutang saja sudah pusing tujuh keliling.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.