Ketakutan dan Keinginan


Pandji Pragiwaksono kagum sekaligus heran dengan etos kerja Kevin Hart dan Dwayne Johnson. Mereka seperti tidak pernah kenal lelah bekerja keras di bidangnya masing-masing.

Dilain cerita, saya kagum sekaligus heran dengan Pandji Pragiwaksono. Dia adalah stand up comedy-an yang paling produktif. 

Di tengah kesibukan, masih sempat-sempatnya nulis materi setiap hari, rutin open mic, jadi MC, buat konten Youtube, nulis buku, nulis skenario film juga.

Kenapa seorang Pandji, Kevin Hart atau Dwayne Johnson bisa terus berkarya di tengah rutinitas yang padat? Apa mereka tidak pernah merasa lelah, malas dan jenuh mengerjakan itu semua?

Kalau kata Pandji, perasaan lelah, malas, atau jenuh itu pasti ada. Tapi yang membuat perasaan itu hilang adalah mereka punya motivasi yang kuat dalam mengerjakan sesuatu.

Dalam motivasi yang kuat itu, ada 2 alasan yang membuat mereka terus berkarya atau terus bergerak melakukan sesuatu tanpa sedikitpun tergoda untuk berhenti. Pertama, mereka punya Anxiety (ketakutan) dan kedua, desire (keinginan).

Pandji bercerita kalau anxiety (ketakutan) dia selama ini adalah takut hidup kekurangan, takut dengan label orang bodoh yang melekat di masa kecilnya sehingga ia ingin buktikan kalau dia bisa sukses.

Sedangkan yang jadi desire (keinginan) dia adalah bisa stand up di tempat atau gedung pertunjukan yang paling dia inginkan.

Intinya, semua yang dia kerjakan semata-mata untuk mewujudkan mimpi-mimpi besarnya sebagai entertainter.

Dari ketakutan dan keinginan itu Pandji bisa melakukan segala hal dengan sangat produktif. Bagaimana dengan saya? Saya sangat termotivasi untuk mencari ketakutan dan keinginan saya.

Dalam menulis, saya pun berusaha memegang prinsip tentang ketakutan dan keinginan itu. Sebab saya percaya kalau tidak punya dua alasan itu saya akan kurang termotivasi untuk terus menulis.

Sebenarnya Ini berlaku pada semua hal. Kalau saya ingin giat belajar atau giat mengerjakan tugas kuliah, saya harus tahu apa yang jadi ketakutan dan keinginan saya selama ini.

Kalau sudah, percaya atau tidak, semangat untuk mengerjakan sesuatu pasti akan meningkat. Lantas, apa yang jadi anxiety dan desire saya?

Pertama, Anxiety atau ketakutan saya ada di masa lalu. Sejak dulu, saya merasa tidak punya privilage, baik secara ekonomi maupun relasi. Di bidang akademis pun saya biasa-biasa saja. Oleh sebab itu, ada ketakutan kalau suatu saat saya tidak bisa menjadi apa-apa.

Ketakutan itu yang mendorong saya untuk menekuni dunia menulis. Saya ingin menguasai satu bidang yang saya sukai dengan harapan saya bisa hidup dari pekerjaan itu.

Kedua, saya punya keinginan atau desire untuk menulis buku. Lebih jauh dari itu, suatu saat saya ingin punya kelas menulis sendiri.


Saya ingin mengajak orang-orang untuk menyukai dunia menulis. Saya pun ingin jadi penulis skenario, penulis naskah drama dan masih banyak lagi.

Keinginan-keinginan yang sangat banyak itu mendorong saya untuk terus mengasah kemampuan menulis sampai sekarang.

Namun, kadang pula saya bisa lupa tentang anxiety dan desire yang saya tanamkan dalam pikiran. Ketika hal itu terjadi, saya akan me-refresh kembali motivasi-motivasi saya dalam menulis.

Biasanya saya membaca ulang tulisan-tulisan lama saya atau membaca cerita-cerita penulis yang sudah sukses. Kemudian saya selalu mengintrospeksi diri tentang ketakutan-ketakutan saya di masa lalu.


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.