Ketika Mahfud MD sudah di Ramalkan Jadi Menteri

Mahfud MD

Ketika Jokowi memilih Ma'ruf Amin sebagai wakil presiden, ada sebagian pendukungnya kecewa. Sebab, Mahfud MD yang sebelumnya diyakini akan dipilih dianggap lebih pantas menjadi orang nomor 2 di indonesia.

Kekecewaan datang dari banyak pihak. Sebagian ada yang tetap mendukung, sebagiannya lagi ada yang berhenti mendukung. Terjadi perpecahan diantara orang-orang pro jokowi kala itu.

Saya termasuk orang yang kecewa. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, jabatan wakil presiden sebetulnya bukan jabatan yang terlalu strategis. Sebab keputusan utama tetap ada di tangan presiden.

Orang-orang dari kalangan profesional yang punya keahlian di bidang tertentu sudah sepantasnya di tempatkan pada bidangnya sendiri. Dan Mahfud MD saat ini sedang berada di tempat yang sangat sesuai bagi dirinya. Jabatan komenhumham merupalan jabatan politis yang paling tepat. Lebih tepat dari sekedar wakil presiden.

Hal ini juga yang pernah saya tulis di bulan Maret lalu. Ketika Ma'ruf Amin dipilih sebagai calon wakil presiden oleh Jokowi. Saya menyiratkan kalau Mahfud MD memang lebih pantas menjadi menteri ketimbang wakil presiden. Ada beberapa alasan yang mewakilinya.

Tepilihnya kiayi Maruf Amin sebagai wakil presiden memang semata-mata bukan karena intergritas. Sebab kalau hanya integritas yang dicari, mahfud MD jauh lebih masuk kualifikasi.

Mahfud MD merupakan paket komplit yang bukan hanya matang secara pengalaman di bidang hukum, namun juga punya track record yang baik sepanjang karirnya di politik.

Kekurangan Mahfud MD hanya sebatas tidak punya privelege dalam posisi keparataian serta tidak memiliki basis massa yang besar. Sedangkan kalau kita singgung soal kontestasi politik, popularitas dan dukungan massa sangat dibutuhkan.

Dan menteri merupakan jabatan politik yang tidak membutuhkan popularitas dan dukumgan massa sehingga mereka yang tidak memiliki keduanya namun memiliki intergritas yang tinggi, sangat  besar kemungkinan menjadi menteri.

Terlebih ketika Mahfud menjabat sebagai menteri kordinator dimana ia punya hak veto untuk membatalkan aturan menteri lain. Dengan begitu, Mahfud seperti telah menjadi tangan kanan jokowi dalam melaksanakan pemerintahannya 5 tahun kedepan.

Selama ini saya mengagumi narasi-narasi Mahfud MD soal kondisi masyarakat indonesia saat ini. Narasi yang dia sampaikan begitu teduh dan tidak provokatif. Mungkin itu yang dulu sempat jadi pertimbangan Jokowi yang katanya sempat ingin meminangnya sebagai wakil Presiden. Ya meski akhirnya atas Ma'ruf Amin yang dipilih.

Banyak juga dari kalangan pendukung bahkan akademisi yang merekomendasikan Mahfud untuk menjadi wakil presiden. Itu menjadi tanda bahwa sosok Mahfud MD punya impect positif yang besar di mata banyak orang.

Tapi, sekali lagi, integritas bukan pilihan utama dalam kontestasi politik. Oleh karenanya wajar jika Mahfud tidak jadi terpinang oleh Jokowi. Jabatan yang paling realistis bagi beliau memang sejak awal adalah menteri.

Itu sudah jadi jabatan yang paling strategis bagi Mahfud tanpa harus bersusah payah berkampanye sambil memoles citranya seperti politisi yang sedang bertarung di kontestasi politik yang sudah lewat itu.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.