Review Film "Bleeding Steel" Pengorbanan Ayah dan Obsesi Seorang Mutan

jacky chan bleeding steel
ambioni.com
Daya tarik utama film ini berada pada sang aktor laga yang sangat legend sekali. Siapa lagi kalau bukan Jacky Chan. Walaupun usianya sudah tak muda lagi, tapi seni bela diri yang ditampilkan dari setiap adegan menjadi hiburan tersendiri bagi penggemar film action

Saya sempat berpikir, Bleeding Steel sama seperti film-film Jacky Chan lainnya yang mana selalu mempertontonkan adegan perkelahian sebagai elemen utamanya. Tapi ternyata film ini punya daya tarik lain yang menarik untuk di tonton. 

Bleeding Steel memiliki genre yang lebih beragam dengan menggabungkan antara drama, fantasi, action dan fiksi ilmiah. Hanya saja sesuatu yang tidak berubah dan menjadi ciri khas dari film yang dibintangi Jacky Chan tetap muncul, yaitu selalu menjadi peran utama dan memiliki plot cerita yang bertema tentang adanya target penyelamatan.

baca juga: Review Film "Padmaavat" Kontroversi, Inspirasi dan Fakta Sejarah yang Ditutupi

Misalnya Jacky yang harus menyelematkan adiknya, kakaknya, pacarnya atau orang-orang yang ia sayangi. Hal itu yang membuat film Jacky Chan punya alur yang mudah ditebak walaupun tetap akan membuat penontonnya penasaran.

Sinopsis dan alur cerita

Adegan pertama dibuka dengan Lin Dong (Jacky Chan) yang mendapat kabar dari dokter bahwa anaknya, Xixi atau Nancy sedang kritis menghadapi penyakit leukimianya. Dengan terburu-buru, Lin pergi ke rumah sakit dengan mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan, menabrak fasilitas umum, membuat kemacetan dan masuk ke jalur trotoar. Semua itu dilakukan demi menemui anaknya.
ouyang nana bleeding steel
Xixi/Nancy (dok. pribadi)
Tapi adegan ini tidak masuk akal. Jika Lin Dong tinggal di indonesia, mungkin ia akan ditilang, dikejar dan ditangkap polisi. Maka justru masalah ini akan semakin rumit. Apalagi Lin berperan sebagai anggota kepolisian yang seharusnya mempertontonkan adegan yang lebih beretika. Tapi ya namanya juga film. Demi membuat penonton yang haus dengan adegan action Jacky Chan, pesan-pesan moral bagi penonton diabaikan. Jika Bleeding Steel dibuat menjadi film indonesia, mungkin sudah ada pihak bersumbu pendek yang memprotes. 

Namun disaat bersamaan Lin dihubungi rekan kerjanya untuk ikut dalam misi melindungi seorang saksi kunci pada sebuah kasus (yang tidak begitu diceritakan dalam film ini). Dengan berat hati, ia tidak jadi pergi ke rumah sakit dan memutuskan kembali kepada pekerjaannya. 

Dalam misi tersebut, Lin bersama rekan timnya bertemu dengan pasukan yang dipimpin oleh seorang mutan yang kuat. Terjadilah pertempuran yang tragis hingga menewaskan banyak sekali rekan pasukan Lin. Tapi ia tidak khawatir. Ia terus menebaki pasukan berjubah aneh tersebut dan ketika mutan mencoba mendekati saksi kunci, Lin datang menyerang dengan menabrak mutan tersebut ke arah tank yang berisi bahan bakar. Lalu Lin menembak bahan bakar itu sampai meledak. 

Kemudian sang saksi kunci menemukan handphone Lin yang tergelatak di tanah. ia mengangkat handphone tersebut dan mendengar suara dari dokter yang menangani anak Lin. 

Di 30 menit awal, saya sudah sedikit punya gambaran bagaimana film ini bisa menyelesaikan plot demi plot ceritanya. Walaupun sebelumnya saya belum dikasih spoilernya, tapi saya sudah tahu ceritanya akan dibawa kemana. Alurnya memang mudah ditebak. 

Setelah 13 tahun kemudian, muncul seorang wanita asia, sangat memberani, sedang berkelahi dengan seseorang di kantin sekolah. Wanita itu merupakan anak Lin yang dulu sempat dikabarkan meninggal karena leukimia namun atas bantuan sang professor, ia bisa hidup kembali dengan bantuan sebuah alat canggih berupa jantung buatan/mekanik hasil penemuannya.
Jantung mekanik ini yang jadi penyebab konflik cerita dimana sang mutan sangat ingin memiliki jantung tersebut karena dipercaya dapat membuat seseorang dapat menyembuhkan atau memperbaiki tubuhnya sendiri seperti seekor cicak yang dapat menumbuhkan ekornya yang putus. Namun karena jantung mekanik ini sudah ternanam di dalam tubuh Nancy maka mutan pun ingin mencuri jaringan darah pada jantungnya. 

Menurut saya konsep ceritanya mirip sekali seperti penemuan Dr. Connors di film Amazing Spiderman. Penelitiannya tentang rekayasa genetika yang dapat melahirkan gen super dan manusia dengan kemampuan memperbaiki sel tubuh dengan cepat.   

Pasukan Aneh 

Dalam film ini terdapat 2 tokoh antagonis dari mutan sampai wanita jadian-jadian yang disebut Women In Black atau dijuluki juga dengan sebutan Lady Fidget Spinners karena memiliki 2 senjata tajam yang beputar-putar mirip dengan mainan bocah SD bau tai itu. Mereka juga selalu didampingi oleh pasukan berjubah serba hitam. Mengingatkan saya pada pasukan musuh power ranger atau bahkan lebih mirip dengan pasukan densus 88 versi salah gaul.

Pasukan aneh ini menurut saya cukup menganggu. Ketika sang Mutan sudah beraksi cukup menyeramkan tapi dengan adanya pasukan aneh ini justru membuat sisi gelap dari figur mutan jadi terkesan jatuh. Saya mengerti kenapa pasukan ini tidak dibuat seperti layaknya agen-agen rahasia, memakai seragam khusus anti peluru dengan kemeja, Jas dan celana kain seperti bapak-bapak mau ke kondangan. 

Itu karena film ini menampilan genre fantasy dimana tokoh-tokoh antagonisnya punya kekuatan super sehingga pasukan aneh yang bertugas sebagai anak buah juga harus dikesankan seperti pasukan super walaupun faktanya kesan ini tidak terlihat dan nampak maksa banget.

Saya mencoba membuka memori ingatan saya ketika melihat tokoh Nancy yang diperankan oleh artis Tiongkok ini. Wajahnya sedikit familiar dan ya! Dia punya kemiripan dengan teman sekolah saya, atau ada satu youtuber hijab, Carla Rizki yang dulu sempat jadi model iklan sampo Sunsilk Hijab, dan ada pula kemiripan dengan salah satu penyanyi dangdut jebolan ajang pencarian bakat. Who Knows? Saya lupa namanya siapa. Coba anda tebak sendiri.

Artis bernama asli Ouyang Nana ini berakting dengan sangat baik. Beberapa dialog bahasa inggrisnya menjunjukan aksen yang tidak buruk untuk seorang gadis china tulen. Nampaknya dia cukup fasih dalam mengucapkan kalimat-kalimat bahasa inggrisnya. 

Dalam film ini juga terdapat sisi emosional antara seorang Nancy dengan sang ayah, Lin Dong. Nancy yang belasan tahun mencari keberadaan ayahnya dan Lin dengan terpaksa hanya bisa mengawasi kondisi anaknya dari kejauhan dan terus melindunginya sebagai sosok orang lain. 

Walaupun sedikit kecewa karena memasukan unsur fiksi ilmiah yang terkesan maksa. Tetapi saya sangat mengapresiasi karena menggabungkan fiksi ilmiah dengan action dari sang legend Jacky Chan membuat film ini lebih berwarna. Jadi bagi anda yang penasaran dengan film Tiongkok ini buruan nonton ya!

+++   +++   +++

Sutradara: Leo Zhang; Produser: Paul Currie, Kailuo Liu; Penulis: Leo Zhang; Musik: Fei Peng; Sinematografi: Tony Cheung; Penyunting: Kwong Chie-Leung; Produksi: Heyi Pictures, Sprakle Roll Media, PerfectVillage Entertaiment; Rilis: 22 Desember 2017 & 3 Januari 2018 (Indonesia); Durasi: 110 menit; Bahasa: Mandarin, English; Negara: China; Anggaran: - 

Pemeran: Jacky Chan (Lin Dong), Show Lo (Li Sen), Ouyang Nana (Xixi/Nancy), Tess Haubrich (Woman in Black/Lady Fidget Spinners), Callan Mulvey (Andrew), Erica Xia-hou (Xiao Su/Susan), Damien Garvey (Rick Rogers)

1 komentar:

  1. Bukannya nyeritain sinopsisnya malah komentar sama cerita dirinya sendiri,huh dasar.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.