Berkomentar Tanpa Etika

Adanya sosial media belum cukup membuat manusia jadi generasi narsis. Tapi lebih dari itu, sosial media telah menjadi tempat untuk mengekspresikan semua yang ada dipikiran. Sekiranya dulu kita tidak pernah memikirkan ini, bisa berbicara dengan orang-orang yang tidak pernah kita lihat di dunia nyata. 

Kita bisa mengobrol dengan artis lewat balasan komentar di Instagram atau kita bisa menjelek-jelekan langsung Presiden dengan kirim tweet ke akun twitternya. Apa dulu kita pernah kepikiran untuk melakukan ini? Tidak.
kolom komentar
image via pixabay.com
Sosial media menghapus batasan-batasan komunikasi antara manusia satu dengan manusia lainnya tanpa dibatasi oleh pangkat, jabatan atau usia. Dengan mudah kita bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang kita idolai, melihat kegiatan sehari-harinya atau memuji mereka lewat kolom komentar.

Tapi kita semua tahu ada mala metaka yang menghantui jagat raya media sosial ini. Apa itu? Karena komunikasi dua arah sangat terbuka, sosial media dijadikan orang-orang untuk mengungkapkan ketidaksukaan dan kebencian pada orang lain. Bisa itu dari penampilan fisiknya sampai apa yang orang lain tulis di akun media sosialnya. 

Peliknya, tidak ada ketakutan atau pun perasaan bersalah ketika mereka menjelek-jelekan atau menghujat orang lain di media sosial. Mungkin karena merasa tidak sedang berhadapan empat mata jadi mereka begitu gablang mengungkapkan uneg-uneg mereka. 

Contohnya mengatakan secara langung kalau kita tidak suka dengan Jokowi di twitter. Berani banget ya? Coba kalau bertemu secara langsung di depan Jokowi, apa berani? Belum tentu. Media sosial membuat orang-orang berkali-kali lipat berani dari biasanya. Namun ketika masuk ke dunia nyata keberanian itu hilang. Apalagi jika menjelek-jelekan lalu terciduq dengan hakiki oleh Polisi.

Kebebasan yang kita pegang sekarang, membuat orang-orang yang tidak tahu batasan menjadi beragumen tanpa batas. Mereka tidak tahu etika yang mestinya diterapkan. Etika cuma berlaku di dunia nyata. Etika hanya berlaku saat bertemu guru, bertemu dosen, bertemu teman, orang-orang besar, tapi etika tak pernah dipakai di media sosial. Padahal media sosial adalah representasi dari dunia nyata.

Kalau ngobrol di depan orangnya sopan, tapi ngobrol di chat kasar. Kan aneh? Bekomunikasi di media sosial juga perlu etika, bung! Boleh jika merasa ingin berkomentar, ingin berdebat, ingin saling berbalas di kolom komentar Facebook atau Youtube, tapi komentar itu tidak diisi dengan komentar yang tidak beretika. 

Kolom komentar sekarang banyak disalahgunakan untuk saling menyerang orang-orang yang tidak pernah sepaham dengan kita. Padahal perbedaan paham perlu disikapi dengan bijak dan tetap dalam koridor kesopanan. Walaupun media sosial tidak memiliki norma dan nilai khusus, tapi harus ada kesadaran dalam diri sendiri untuk tidak menggunakan kata-kata kasar, kata-kata yang seharusnya tidak diucapkan. 

Pepatah lama pernah mengatakan, mulutmu, harimaumu. Mulutmu bau sungutmu. Walau di media sosial berbicara itu tidak menggunakan mulut, tapi inputnya tetap saja dari pikiran kita. Pikiran itu menghasilkan output berupa opini atau argumen yang keluar lewat tulisan seperti yang ditulis dalam kolom komentar.

Apa yang kita pikirkan, kemudian ditulis dalam komentar sesungguhnya kita seperti sedang berbicara dengan orang lain. Apa berbicara dengan orang lain butuh etika? Butuh sangat kawan. Lantas, jika ada komentar yang tidak mengenakkan, kasar, dan nama-nama hewan keluar dari komentar, maka biarkan saja. Orang seperti itu bila terus diladenin malah bahagia. Merasa komentarnya diakui, dibaca. 

Jika kita ikut-ikutan panas dan membalas komentar mereka, sekalipun dengan nada sopan maka ujung-ujungnya debat kusir yang buang-buang waktu. Balas komentar sewajarnya, jika belum puas, diamkan saja. Karena debat di media sosial itu tidak mengenal siapa kalah, siapa menang. 

6 komentar:

  1. Yapp benar sekali gan, karena yang namanya debat bukan untuk mencari kebenaran, malainkan hanya untuk mencari "pembenaran"

    BalasHapus
  2. jangan debat kusir, debat untuk membuat solusi dan pemecahan masalah

    BalasHapus
  3. benar gan, sebaiknya berkomentar jika perlu saja.

    BalasHapus
  4. Kalo saya si jika ada orang berkomentar yang tidak enak atau sopan saya diemin aja

    BalasHapus
  5. kalau saya ada orang yang berkomentar ga sopan, saya blokir aja hehe

    BalasHapus
  6. ini salah satu negativnya media sosial, orang dengan bebas berkomentar meskipun sekarang udah ada undang" nya

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.