Seperti Inikah Cara Membahagiakan Anak?

ayah da anak
via negativespace.co
Ditulis oleh: Muda Arsa
Twitter @Mudaarsa

Kita bisa melihat setiap hari, setiap waktu pemandangan para orang tua yang tampak tidak tahu harus bagaimana caranya membuat anak mereka bahagia. Lalu mereka berpikir, dengan memberikan semua yang anak nya inginkan itu sudah cukup membuat anaknya bahagia.

kita selalu bingung dengan orang tua diluar sana yang mati-matian cari uang untuk membahagiakan anaknya. Padahal cara membahagiakan anak tidak selalu harus dari materi. Mereka di didik dengan baik. Yang parahnya adalah orang tua selalu memberikan apa yang mereka inginkan. Mereka pikir dengan membelikan semua yang mereka inginkan akan membuat anak mereka jadi bahagia? Tidak. Kebahagian seperti itu tak akan ada batasnya. Setelah orang tua memberikan apa keinginan pada anaknya. suatu waktu dia akan meminta yang lebih. Itu akan terus sampai mereka bisa memenuhi keinginan mereka sendiri (hasil keringat sendiri--bekerja).

Jujur, saya sendiri pun hidup dalam pola pikir orang tua yang sama. Memberikan semuakeinginan-keinginan saya, kakak dan adik saya. Akhirnya, kami terbiasa untuk dengan mudahnya meminta segala sesuatu yang kami inginkan. Kalau tidak terpenuhi, kami akan ‘merengek’ hingga mereka bisa memenuhi apa yang kami inginkan

Kita bisa melihat pola pikir orang tua seperti itu dalam kehidupan modern sekarang. Pemandangan yang lumrah bagi anak-anak jaman sekarang memiliki segala fasilitas kendaraan, gadget dan uang jajan dari orang tua. Mereka berpikir, dengan begitu mereka akan jadi lebih baik. Orang tua berpikir kalau dengan memberi motor, gadget dan keinginan keinginan anaknya, mereka akan jauh lebih baik. Berpikir anaknya akan jauh lebih pintar dari mereka (orang tua). Kenyataannya, memang benar. Anak-anak sekarang jauh lebih pintar. Pintar menipu.

Setelah dewasa, anak-anak yang di didik dengan hedonis akan berubah menjadi seorang anak dewasa yang materialistis. Kemudian mereka akan melakukan hal apapun untuk bisa mendapatkan uang demi memenuhi semua keinginan mereka. Di kehidupan dewasa, mereka (bagi wanita) akan memutuskan menikah dengan seorang suami yang bisa memenuhi semua keninginan mereka. Ya, mereka akan menikah dengan pria kaya. Mereka berkata, kami bukan matre, tapi kami realistis.

Jaman sekarang, cinta nomor sekian, yang penting bagaimana caranya bisa hidup dengan kebahagian materi. suatu hari, mereka akan mempunyai anak. Anak tersebut di didik oleh orang tua yang sama-sama menurunkan sisi kehedonisan yang sama. Si anak yang sudah bekeluarga. Akan melakukan pola pikir yang sama: membahagiakan anak mereka dengan materi saja. Begitu seterusnya, turun-menurun sampai kiamat menjelang.

Diberdayakan oleh Blogger.