18 Tahun.


Bagi sebagian orang, umur 18 tahun adalah umur yang matang. Banyak hal yang bisa dilakukan. 18 tahun adalah umur dimana banyak sekali hal dulu tidak bisa dilakukan, jadi punya keleluasan untuk melakukannya.
          
Bagi pemuja cinta, 18 tahun adalah umur dimana mereka punya alasan untuk ‘berpacaran’ lebih serius. Menggangap bahwa cintanya bukan lagi cinta monyet belaka.

Bagi Lulusan SMA yang tidak mau melanjutkan kuliah, 18 tahun adalah umur yang ideal untuk mencari pekerjaan. Sudah punya Ijazah dan KTP.

Bagi pengendara motor, 18 tahun jadi umur yang sangat matang untuk meminimalisir untuk ditilang karena mereka sudah punya ijin buat SIM dan segala tek bengeknya.

Bagi Blogger, mereka punya alasan untuk membuka rakening bank. Membuka akun paypal, mendaftar ke google adsense untuk belajar mencari recehan dollar.

Bagi para cabul dan penjahat kelamin, 18 tahun adalah umur dimana mereka bisa menonton video porno sepuasnya. Bisa menonton video yang dirating dewasa. Tidak lagi dilarang masuk ke tempat-tempat hiburan malam. Dan bagi mereka yang menganut sistem Liberal, mereka punya alasan untuk minum-minuman beralkohol dan mencoba-coba melakukan Sex diluar nikah.

Bagi seorang yang ‘gebelet’, umur 18 tahun adalah umur dimana mereka sudah memenuhi persyaratan pemerintah yaitu menikah. Mereka akan segera mencari pasangan, dan mengajaknya menikah. Namun, ‘nikah’ dalam syarat manusia lebih rumit dari sekedar memasukan dua pasang sapi dalam satu kandang kemudian si betina bunting.
 

Bagi saya, 18 tahun bukan apa-apa. Hanya berupa angka. Tidak lebih tidak kurang. Saya sering bingung, kenapa seseorang begitu menunggu-nunggu hari ulang tahun mereka. Bahkan jauh-jauh hari, mereka sudah mempersiakan segala hal. pesta, perayaan, selamatan dan lain sebagainya.

Padahal, hakekatnya umur memang akan selalu bertambah tapi masa hidup manusia di dunia akan terus berkurang. Dan berkurangnya masa hidup berbanding lurus dengan kematian.

Sesungguhnya, setiap manusia hanya menunggu masa ‘kadaluarsa’ nya saja. Ketika sudah masuk masa ‘kadaluarsa’, sang pujangga akan berkata, “hidup hanyalah panggung sandiwara”.


Tasikmalaya, 12 januari 2016
Diberdayakan oleh Blogger.