Penyesalan dan Kesempatan

Penyesalan dan kesempatan

Apa yang saya sesali hanya akan berdiam di masa lalu. Dia hanya akan berdiri disitu dan tidak akan berani mengejar saya sampai kesini.

Kehidupan seseorang akan terus berubah. Tidak ada orang yang hidupnya stagnan. Sekalipun seseorang hanya diam, dia akan terus bergerak. Bergerak pola pikirnya. Bergerak nasibnya. Bergerak berdasarkan apa yang ingin dia ubah.

Sebetulnya, siapa sih orang yang hidupnya tidak ingin berubah? Manusia kan hakekatnya tidak pernah berpuas diri sehingga perubahan merupakan hal yang mutlak, pasti terjadi.

Kalau sudah dapatkan satu, pasti ingin dua. Setelah dapat dua, pasti ingin tiga. Kalau saya melihatnya dalam konteks positif, hal itu bukan bentuk keserahan, tapi semangat untuk terus bermimpi.

Ketika seseorang punya mimpi lalu tercapai, dia akan bermimpi lagi. Maka artinya, orang itu punya tujuan hidup yang besar dan terus berkelanjutaan.

Jika seseorang hanya diam setelah mimpinya tercapai, tidak ada gairah untuk bermimpi lagi, maka hidup yang dijalani hanya akan berkutat pada zona nyaman. Sedangkan zona nyaman itu memang terkadang menyenangkan, tapi lebih banyak menjerumuskan.

Penyesalan

Dalam bermimpi, ada satu hal yang menghambatnya, yaitu penyesalan. Jika saja saya tidak bisa menghapusnya, maka saya akan sedikit lebih sulit dalam meraih apa yang saya impikan.

Saya pernah menyesal karena satu hal. Meratapi penyesalan itu berlarut-larut. Bahkan sesekali penyesalan itu datang menghantui saya lewat mimpi di malam hari. Sayangnya saya tidak bisa menepis penyesalan itu dengan mudah.

Saya berpikir, jika saya menyesal dan menyesal saja, selamanya hidup saya akan di bayangi penyesalan. Maka hal itu bisa jadi beban berat untuk kedepannya.

Yang bisa saya lakukan adalah berdamai dengannya, memulai semuanya dari awal lagi. Kemudian saya bisa mencari suasana baru dengan hal-hal yang membuat mood saya baik.

Saya kembali menulis. Sesering mungkin saya berusaha mengabadikan sisi kehidupan saya dalam sebuah penggalan tulisan.

Saya percaya, tulisan akan mengikat waktu menjadi pelajaran hidup yang siapapun bisa mengambil maknanya. Kemudian, saya kembali belajar. Belajar hal-hal yang dulu pernah saya tinggalkan. Saya mulai belajar lagi mendesain, walaupun ala kadarnya, tapi itu cukup memberi saya kepuasaan batin.

Saya pun kembali membaca. Setelah malas bekedok sibuk itu hilang, saya mulai membaca buku-buku yang dulu sempat jadi pajangan saja.

Semua yang saya lakukan itu bermuara pada satu niat: melupakan penyesalan. Walaupun saya tahu, penyesalan itu seperti luka yang tidak bisa hilang sepenuhnya, tetapi mau tidak mau saya harus terus mengobatinya. Menghilangkan rasa sakitnya.

Sekalipun bekasnya masih terlihat dan bisa jadi akan kembali bernanah karena alasan tertentu, namun usaha untuk menyembuhkan tetap harus dilakukan. Ikhtiar katanya.

Lagipula, apa yang saya sesali hanya akan berdiam di masa lalu. Dia hanya akan berdiri disitu dan tidak akan berani mengejar saya sampai kesini.

Oleh karena itu, tak bijak kalau hanya memikirkan penyesalan yang bahkan orang lain pun sudah melupakannya. Penyesalan sudah tertinggal jauh dengan kehidupan saya sekarang.

Melihat kesempatan

Setelah saya mengakui bahwa penyesalan bisa diatasi. Saya kembali berpikir untuk melihat kesempatan. Melihat kemungkinan yang akan memberi warna baru dalam hidup saya. Lucunya, saya sudah membayangkan hal itu sejak lama. Hanya saja butuh proses bagi saya untuk sadar bahwa warna baru itu bisa saya dapatkan selagi saya mau dan mampu menjemputnya.

Kalau perlu saya akan mengejarnya sekuat tenaga. Pun jika saya tidak bisa memilikinya, ya, mungkin saya akan kecewa. Tapi tidak masalah karena masih bisa mencari warna lain yang lebih indah. Diluar sana, ada warna yang bisa saya nikmati sekalipun tidak bisa saya miliki.

Namun, saya bersyukur bahwa hari ini dan hari-hari selanjutnya, saya akan terus bertemu warna-warna baru lagi. Dan saya yakin, akan ada satu warna yang akan membuat hidup saya lebih berwarna. Dia akan datang menemani saya, memberi saya senyum yang lebih lebar.

Ketika suatu saat hal itu terjadi, saya akan mengingat masa dimana saya pernah jatuh akan penyesalan. Kemudian saya akan mengingat lagi kesempatan yang pernah saya bayangannya sekarang. Saya akan katakan pada sang warna baru, bahwa saya berhasil melewati masa itu. Masa kelam sekaligus masa penuh kerja keras.


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.