Bermain Instagram Tanpa Mengikuti Tren

Dstory

Semangat saya dengan bermain media sosial sebetulnya tidak pernah turun. Bedanya kalau sekarang saya mengurangi banyak aktivitas membuat postingan facebook (status), twit atau story.

Setiap hari saya posting 1 foto di instagram, tapi itu pun maksudnya untuk keperluan membangun kedisiplinan menulis. Saya biasa menulis di instagram. Diluar tujuan itu, tidak ada postingan yang saya buat.

Saya tidak pernah ikut-ikutan tren di instagram seperti buat tiktok lalu di upload ke instagram, bikin filter lucu-lucuan atau update foto yany eksis dengan teman. Alasannya karena sampai hari ini saya belum tertarik melakukannya. Itu saja.

Walaupun begitu, Instagram tetap jadi medsos favorit saya karena disana teman atau followernya paling banyak. Interaksinya pun paling banyak. Hobi nulis saya pun tercurahkan disana. Story yang biasa saya buat beda dengan story yang sering saya buat dulu.

Kalau dulu saya sangat pansos. Apa saja di update. Ada benda aneh dikit di foto. Ditambahi tulisan sok asik. Beli makanan sedikit, si foto. Ditambahi tulisan dan stiker. Pokoknya pansos banget.

Sekarang, saya merasa geli kalau melihat kelakuan pansos saya di story. Akhirnya sekarang kalau bikin story, saya hanya memfoto satu objek dengan warna hitam putih. Tanpa embel-embel tulisan, nama tempat, jam, stiker dan lain-lain. Justru sekarang saya merasa alay kalau di tambahi dengan yang begitu-begituan.

Ada banyak perubahan yang terjadi dari bagaimana saya bersosial media. Kalau di facebook, biasanya suka ada pemberitahuan postingan beberapa tahun lalu.

Saya sering baca dan langsung merasa jijik. Kok saya dulu sealay itu ya? Kalau tidak alay, minimal saya merasa sok bijak, idealis dan berisik karena setiap hari saya post dan repost banyak postingan-postingan berat seperti politik dan agama. Dan saya rasa itu seperti spam bagi mereka yang melihat postingan saya.

Cara bermedia sosial seperti semakin kesini semakin dewasa. Ya setidaknya itu yang saya rasakan. Saya tidak lagi mudah terprovokasi dengan postingan orang lain. Saya lebih selektif dengan berita atau informasi dan selalu menyisakan perasaan ragu agar saya tidak mudah termakan hoax.

Kalau pun saya menemukan informasi yang menurut saya benar, saya tidak akan segera membagikannya. Saya memilah dan memilih mana postingan yang kira-kira tidak akan beresiko. Beresiko dalam arti memprovokasi atau mendorong orang lain untuk berdebat kusir.

Sekarang saya merasa lebih sering menghindari perdebatan karena malas menghabiskan tenaga dan pikiran yang sebetulnya hanya untuk memuskan ego sendiri saja.

Jadi sekalipun dalam suatu debat saya merasa benar, saya cenderung memilih diam saja. Diam bukan berarti saya tidak yakin dengan argumen saya. Tapi saya ingin menghindari konflik saja.

Pada prinsipnya, sekarang saya bermedia sosial hanya untuk mencari informasi, hiburan dan mengembangkan kemampuan menulis saja. Memang masih ada naluri untuk pansos. Tapi itu sedikit sekali.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.