Hal Baru. Semangat Baru. Tantangan Baru.


Mencoba hal baru

Ketika saya iseng-iseng membuat sajak, saya merasa ada banyak kesempatan yang bisa saya explore lagi dalam menulis. Saya mulai rajin nulis sajak (termasuk puisi) karena itu suatu kebiasaan baru yang belum pernah saya lakukan bertahun-tahun saya menekuni hobi nulis ini.

Saya melakukannya cukup puas. Meski saya akui kemampuan saya dalam menulis sajak atau pun puisi tidak sehebat mereka yang sudah lama berkecimbung di dunia sastra yang puitis dan berdayu-dayu ini.

Awal mula kenapa saya memutuskan untuk belajar membuat sajak, tidak lain dan tidak bukan karena ada sesuatu dalam diri saya yang tidak bisa di sampaikan dalam kalimat tersurat (seperti halnya saya menulis esai atau opini). 

Saya sering bercerita dalam bentuk tulisan, ber-story telling dalam menyampaikan pesan yang ingin saya keluarkan. Tapi saya pikir sepertinya menulis dalam bentuk tersirat dan tentunya lebih singkat, bisa jadi pengalaman baru buat saya. Membuat karya yang lumayan puitis cukup bisa memberi pesan kepada pembacanya.

Dan setelah beberapa bulan saya menekuninya, saya merasa punya peluang baru. Peluang apa itu? Mungkin kita sering melihat akun-akun instagram yang menampilkan sebuah post yang isinya bukan cuma foto, tapi bertuliskan sebuah kalimat yang kontennya curhat, pantun, qoute, puisi atau kata-kata yang biasanya terlihat galau.

Saya lihat, akun-akun yang khusus nge-post foto seperti sangat laku dan banyak bertebaran di instagram. Alasannya memang banyak pengguna kita yang suka sekali. Katanya, terkadang quotes di instagram sangat mewakili perasaan  seseorang sehingga kita tidak segan untuk nge-like foto tersebut.

Oleh karena itu, saya rasa itu bisa jadi peluang untuk saya coba. Saya sudah cukup sering memposting kalimat renungan atau quote di blog saya. Kalau begitu, "kenapa saya tidak post ulang ke instagram aja ya?" pikir saya.

Akhirnya saya mulai merancang konsep. Konsepnya agak berbeda dengan akun-akun qoute galau. Saya berusaha meyajikan kata-kata dalam bentuk sajak pendek karena sepertinya belum ada atau jarang ada akun yang membuat kumpulan foto berisi sajak seperti itu.

Saya mulai bepikir konsep apa yang cocok. Awalnya saya tidak mau ribet. Saya berpikir, saya tinggal copy-paste kalimat sajak dari blog ke foto yang punya background hitam polos. 

Tidak pakai desain atau embel-embel ilustrasi. Sebab nanti kedepannya itu bisa sangat menyita waktu. Target saya, saya bisa konsisten upload setiap hari. Jadi konsepnya dibuat sesederhana yang saya bisa.

Kalau terlalu banyak desain yang ribet, nanti saya harus mikir dua kali. Pertama harus berpikir membuat sajak menarik. Kedua harus menentukan desain yang bagus. Kan kerjanya jadi double. Dan saya tidak mau seperti itu.

Keinginan saya, saya ingin yang simpel-simpel saja. Setelah menyiapkan banyak sajak, saya sempat menunda project itu selama kurang lebih sebulan. Tapi proses penundaan itu tidak sia-sia. Karena saya mendapat pencerahan baru untuk mengkonsep 'foto bersajak' itu lebih keren lagi.

Saya terinsipirasi dari beberapa akun instagram fotografer yang menampilkan foto pemandangan atau gambar apapun yang terlihat artistik dengan ditambahi kata atau quote sederhana. Menurut saya itu sangat menarik dan memanjakan mata. Saya pun berusaha meniru dan memodifikasinya.

Bedanya, foto yang artistik tersebut sebagian saya ambil dari internet, lalu saya tambahi judul sajaknya saja. Di foto kedua, baru saya tampilkan isi sajaknya. Kira-kira seperti ini gambarannya.


Mungkin itu saja update dari perkembangan project kecil saya di instagram. Yang saya harapkan sebetulnya cuma kosisten aja sih. Mudah-mudahan terus berlanjut dan bisa update foto-foto sajaknya setiap hari tanpa harus meninggalkan konsistensi menulis di blog ini.

Foto: tabloidpeluangusaha.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.