Setan Korban Konten Kreator


Sebelum membuat tulisan ini, saya baru saja menonton video paranormal experience terbaru Raditya Dika. Seperti yang sebagian kita tahu, Radit sering membuat konten paranormal experience di channel Youtube-nya. 

Jutaan views dengan mudah didapat  Radiya Dika tiapkali cerita horror-nya di rilis. Bahkan berkali-kali masuk trending. Sebagai scriber-nyasaya selalu menunggu video-video-nya, walaupun tidak keseluruhan saya tonton, apalagi konten yang ada setan-setannya. 

Kenapa? Karena saya sadar kalau cerita horror itu bikin addicted. Dan itu addicted yang kurang baik bagi kesehatan mental dan kesehatan kuota internet.

Kalau keseringan nonton horror, saya jadi sering parnoan di rumah. Sebenarnya bukan karena setannya, tapi sugesti yang berujung halusinasi. Pernah suatu kali di depan kamar saya terdengar suara orang lari-lari. Pas di cek ternyata si khuceng oren yang kebanyakan tingkah, ngejar kecoa bangsat.

Cerita tentang dunia gaib memang tidak pernah kehabisan perhatian. Yang baru-baru ini heboh, sempat viral instastory seorang pengguna Instagram yang mengaku dirinya menumpang bus hantu. Ada yang pro, ada yang kontra. Ada percaya, ada yang bilang cuma halu.

Terlepas dari itu, konten horror memang selalu menarik bagi banyak orang. Terbukti banyak konten kreator yang tekun sekali membuat jenis konten ini. Tidak sedikit dari mereka secara khusus membuat konten yang isinya berisi perjalanan spritual yang paling menakutkan.

Konten horror juga merambah semua platform lain dari buku hingga Podcast. Dan percayalah, kalau kalian ingin berkarya, entah dalam bentuk tulisan atau audio visual, lalu mikir konten apa yang bisa laku dalam waktu singkat. Jawabannya ya konten horror.

Saya pernah coba iseng, bikin artikel horror di blog dan views-nya pun lumayan. Kenapa lumayan? Karena rata-rata jumlah views artikel saya dalam waktu seminggu tidak secepat artikel horror tersebut.

Itu contoh kecil kenapa horror selalu diminati banyak orang. Tapi setelah itu saya tidak tertarik lagi untuk membuat artikel yang sama. Karena niatnya juga cuma iseng dan jujur tidak ada cerita horror yang cukup "menjual" yang bisa saya share ke pembaca.

Bagaimana dengan horror yang ada di film? Apa ralis manis juga? Kalau itu tidak usah ditanya. Semua orang tahu kalau film dengan genre ini punya market atau penonton setianya sendiri.

Lihat saja banyak film horror yang sampai dibuat bagian 1, bagian 2 dan seterusnya.
Padahal setahu saya, genre film yang dibuat sekuel-nya tidak jauh-jauh dari film keluarga dan film action. Diluar itu, jarang ada film yang dibuat sampai berseri-seri.

Sebagai penikmat horror, saya tidak terlalu memusingkan apakah cerita horror yang di adaptasi ke berbagai platform itu asli atau tidak, bohong atau nyata.

Toh akhirnya, semenakutkan apapun, cerita horror hanya akan jadi cerita yang menghibur. Walaupun kalau di pikir-pikir kontradiktif juga, kok bisa manusia terhibur dengan sesuatu yang menakutkan.

Namun para pelaku industri tahu kalau cerita horror adalah konten yang menguntungkan. Maka sejalan ya, kalau pertumbuhan konten horror, mau itu dari film, Youtube, buku hingga Podcast, makin kesini, makin menunjukan perkembangan yang signifikan.

Entah berapa ratus juta rupiah yang bisa seorang Raditya dika dapatkan dari iklan Adsense yang tayang lewat seri paranormal experience-nya. Entah berapa digit pundi-pundi uang yang terkumpul para konten kreator, hasil dari berbagi kisah menakutkan, terlepas itu fiksi atau nyata.

Sekarang yang kita perlu pikirkan adalah, bukan cuma seberapa kaya Raditya dika dan konten kreator horror lainnya, tapi pikirkan juga perasaan setan-setan diluar sana yang kisahnya dijadikan tumbal para kapitalis digital ini.

Sebab berkat setan, banyak orang menjadi kaya. Banyak orang yang tidak perlu lagi ikut pesugihan atau meminta jimat-jimat tertentu ke orang pintar supaya banyak rezeki.

Kenyataannya, kaya raya tidak perlu dilakukan dengan membuat 'perjanjian' langsung dengan setan, tapi seseorang bisa jadi kaya tanpa harus bersentuhan langsung dengan mereka.

Jika dalam islam bersekutu dengan setan adalah musyrik, bagaimana dalil orang yang memanfaatkan setan sebagai cara mendapatkan uang dari Adsense? Hmm.

Derajat setan, dalam hal ini sudah benar-benar direndahkan. Manusia ketakutan melihat setan, tapi di sisi lain menjadi semacam shock therapy yang terus-terusan di tonton.

Saya tidak tahu apakah fakta ini akan membuat makhluk-makhluk asral senang atau tidak. Apa jangan-jangan sebetulnya manusia dan setan sejak awal sudah bermutualisme satu sama lain?

Artinya para setan ingin eksis, ingin terkenal di dunia manusia. Dan sebagai timbal baliknya, manusia mendapat value yang besar, baik dalam bentuk nominal uang maupun hiburan yang mendebarkan. Keren kan?

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.