Masa Depan Deddy Corbuzier Setelah Jadi Mualaf

Pindah agama

Deddy Corbuzier tentunya bukan satu-satunya orang yang memutuskan untuk masuk islam. Deddy adalah satu dari puluhan ribu mualaf yang ada di Indonesia. Setidaknya sejak 2003, MCI (Mualaf Center Indonesia) mencatat ada 58.500-an orang berpindah dari keyakinan terdahulunya menuju islam.

Tapi berbeda dengan mualaf lain, Deddy jadi tampak di istimewakan. Ia disorot banyak ustad, sebagian ulama bahkan diperhatikan oleh tokoh-tokoh ormas sebesar NU. Mereka ikut menyuarakan rasa bangga pada pria berkepala tahu bulat itu.

Kenapa pemberitaan Deddy jadi mualaf bisa seheboh itu?

Alasannya satu: Deddy adalah publik figure. Gerak geriknya dilihat banyak orang. Kiprahnya di televisi bahkan di Youtube sekarang sudah sering jadi langganan trending. Dibandingkan dulu, Deddy kini lebih dikenal sebagai Youtubers motivator dengan tagline "smart people".

Dulu, Deddy lebih memilih netral dalam menarasikan opini maupun motivasinya di ruang publik. Dia berkali-kali menghubungkan narasi agama secara universal bahwa "semua agama mengajarkan kebaikan".

Itu disinggung berkali-kali dalam setiap penampilannya. Terutama ketika dia bersebelahan dengan seorang ustad dalam suatu acara.

Misalnya ketika si ustad mengajarkan keutamaan berpuasa, Deddy selalu menekankan kalau di semua agama juga mengajarkan puasa. Atau jika ada dakwah yang isinya mengajak kebaikan, Deddy selalu menarik sudut pandang umum dan memilih kembali pada satu narasi "semua agama mengajarkan kebaikan".

Itu mungkin saja dilakukan sebagai bentuk sikap bahwa dirinya tetap bisa mengambil pelajaran dari ceramah si ustad meski dirinya waktu itu masih beragama kristen.

Sekarang setelah menjadi mualaf, hal yang saya tunggu dari Deddy adalah, apakah dia akan tetap menggunakan narasi universal bahwa "semua agama mengajarkan kebaikan" atau akan mengubah metode bicaranya menjadi lebih "religius" yang biasanya familiar digunakan oleh kaum fundamentalis.

Sederhananya begini. Apakah Deddy akan tetap menggunakan kata "Anda dan saya" atau menggantinya dengan "ana dan antum" or "ikhwan, akhwat, akhi dan ukhti" serta akan bertebaran banyak kalimat "takbir, insya allah, masya allah" dalam setiap pembicaraannya.

Lebih dari pertanyaan itu, apakah Deddy akan memilih islam lewat jalur kanan (konservatif) dimana segala atribut budaya timur dari cara berpakaian, which is celana cingkrang, janggut, dan kopiah akan teraplikasikan di tubuh berototnya.

Atau even memilih jalur yang agak kekiri-kirian (liberal atau moderat?) dimana atribut agama tidak diperlihatkan.

Dan satu hal lagi. Sepertinya Deddy harus belajar dari kasus artis atau publik figure lain dalam berislam. Kita tahu sendiri dulu ada kasus artis yang memutuskan berhijab, lalu di puji setengah mati, eh pas lepas hijab di-bully ancur-acuran.

Poinnya adalah Deddy itu sekarang mualaf, tapi bukan mualaf sembarang mualaf. Dia "seleb mualaf" yang disorot oleh seluruh masyarakat indonesia yang mana gerak-geriknya dalam menjalan syariat islam akan dilihat dan ditiru. Jika suatu saat Deddy katakanlah salah dalam berislam (setidaknya salah menurut sebagian orang) maka nasibnya akan sama seperti artis yang di bully karena lepas hijab itu.

Ya apapun itu. Keputusan Deddy adalah hak warga negara yang perlu dihargai. Sekalipun kita tahu kabar ini akan mendapat tanggapan tidak enak dari penganut agama non-muslim. Tapi Kembali lagi, agama adalah urusan personal antara hamba dan Tuhannya.

Soal pindah keyakinan atau tidak itu urusan pribadi yang tidak bisa dicampuri. Dan kita (apapun agamanya) tetap menjungjung tinggi kebebasan beragama seperti yang diamatkan undang-undang.

Dengan segala keriuhan cerita ini, yang jauh lebih penting adalah seseorang harus tetap mentaati rules agama. Sebab pindah agama itu mudah, yang sulit adalah menjalannya kewajibannya sebagai muslim karena kita saja yang sejak lahir sudah islam masih sering meninggalkan kewajiban kita.

Foto: steamcommunity.com

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.