Isu PKI dan Orang Jelek yang Tidak Boleh Berkembang Biak

“Kita terlalu sibuk dengan isu PKI, sampai lupa kalau orang jelek tidak boleh berkembang biak..” celetuk seorang dosen.

Kita tahu bahwa kalimat itu hanya sebuah guyonan. Guyonan yang sebenarnya maknanya sangat dalam. Sedalam cintaku padamu.

Isu PKI Berhembus sejak lama sampai sekarang. Tapi yang jadi pertanyaan, apa ada orang yang bisa membuktikan bahwa PKI itu benar-benar ada?

Kita sebagai insan akademisi perlu fakta kongkrit untuk membuktikan semua itu. Nyatanya, tidak ada referensi, data,literatur dan penelitian ilmiah yang bisa membuktikan bangkitnya partai komunis tersebut semenjak kebaradaannya dianggap haram oleh TAP MPRS No 25 Tahun 1966.

Kita lupa bahwa PKI adalah isu. Yang namanya isu, kebenarannya masih fifty-fifty. Kenapa isu PKI ini menjadi ramai? Karena ada konsumennya. Konsumen isu PKI adalah sekelompok kaum bumi melengkung yang percaya bahwa 3 permen milkita setara dengan 1 gelas susu.


Mereka yakin seyakin-yakinnya kalau PKI sudah bangkit. Tapi ketika ditanya, siapa pimpinan PKI sekarang? Dimana markasnya? Dimana kantor cabangnya? Siapa saja anggota resminya? Mana data valid yang bisa membuktikan PKI itu ada?

Ketika ditanya seperti itu mereka hanya diam seribu bahasa.

Seyogyanya, mereka sendiri pun ragu dengan bangkitnya PKI. Sebab, tidak ada bukti otentik yang bisa mereka keluarkan kepada publik. Selama ini mereka hanya berteriak PKI telah bangkit hanya berdasarkan simbol palu arit. Selebihnya, hanya keyakinan yang tidak pernah bisa dibuktikan.

Kebangkitan PKI sama seperti mitos kalau sakit perut harus bawa-bawa batu. Dipercaya dan diyakini bisa menghilangkan sakit perut.tapi syaratnya batu itu harus dimasukan ke dalam dubur, sedalam-dalamnya.

Ketika kita terlalu sibuk dengan PKI, kita lupa bahwa di hadapan kita ada penyakit kronis bernama Narkoba, Korupsi dan Terorisme.

3 hal itu yang bukan lagi sekedar isu, tapi fakta yang siapapun bisa menjelaskannya secara spesifik. NKT (narkoba, korupsi dan Terorisme) telah memakan banyak korban.

Pelakunya sudah jelas. Orang-orang yang mementingkan kepentingan pribadi dan kelompoknya. Mereka yang hanya mengedepannya ambisi sendiri dengan mengorbankan orang-orang yang tidak bersalah.

Kebangkitan NKT sudah jelas dan dapat dibuktikan. Pelakunya, pimpinannya, markasnya, dampaknya dan korbannya sudah bisa diketahui.

Narkoba dan Terorisme pelaku sudah jelas. Dalangnya siapa, ‘ideologi’nya apa, orang-orang yanag terlibat dan barang yang bisa perlihatkan ke publik sudah terpampang nyata.

Begitu juga dengan Korupsi. Pelaku-pelaku bisa ditelusuri, bahkan orang-orang yang mendukung korupsipun bisa kita lihat di tubuh parlemen.

Lah, kalau PKI? Pelakunya tidak jelas dan buktinya pun tidak jelas. Kenapa kita terlalu percaya dengan kebangkitan PKI sedangkan fakta NKT yang sudah di depan mata kita abaikan?

Orang jelek saja tahu kalau PKI itu hanya hantu di siang bolong. Mereka yang bakar-bakar bendera PKI pasti tahu kalau mereka sendirilah yang bikin bendera palu arit itu. Mereka pergi ke tukang sablon, minta dibuatin logo PKI gratisan, dibawa ke tengah lapangan, dan dibakar ramai-ramai.

Mereka yang melakukan itu, tidak tahu arti mubazir. Bendara PKI dibikin sendiri, dibakar sendiri. Itu sama saja kita bikin indomie, setelah jadi, lalu dibuang ramai-ramai. Mubazir kan? Lantas, apa faedahnya?

Kita tahu kalau keberadaan PKI sudah dilarang. Kalau sudah dilarang, ngapain di bangkit-bangkitkan? Kalau pun PKI itu benar-benar ada, siapa yang mampu mendirikan partai ini ke hadapan publik? Itu sama saja cari mati.

Negeri kita punya aparat hukum, punya TNI, punya Polisi dan jutaan warga Indonesia di dunia nyata, dunia maya maupun dunia ghoib yang siap menggebuk PKI kapan saja dan dimana saja. Massa kita lebih banyak dari PKI itu sendiri.Lalu, Apa yang perlu ditakutkan?

image via seword.com

2 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.