Rezim Otoriter Itu Ada di Tangan Mark Zuckerberg

Di Youtube kita pasti akan menemukan fitur dislike atau unlike dengan simbol mengangkat jempol terbalik. Ini dimaksudkan untuk memperlihatkan ketidaksukaan kita pada sebuah video. Fitur itu tidak akan ditemukan di media sosial kepunyaan Mark Zuckerberg seperti Facebook atau Instagram. Sang pendiri facebook ini tentu punya maksud tersendiri dengan tidak menghadirkan simbol unlike ini pada media sosial buatannya.
image via commons.wikipedia.org
 Alasan yang paling sederhana kenapa Mark melakukan itu sebab fitur unlike akan membuat orang sakit hati. Terbayang oleh kita jika kita membuat status alay-alayan di Facebook dengan harapan bisa menarik simpati teman-teman atau membuat sang mantan peka tapi disaat itu Facebook mengeluarkan fitur unlike. Apa yang akan terjadi?

Teman dan sang mantan kemungkinan akan menekan tombol unlike secara berjamaah. Sakit kan? Ini juga sebagai bentuk penegasan dari Mark bahwa jika suka ya tekan tombol like, dan kalau tidak suka ya sudah diam saja.

Namun kaum bumi melengkung tidak tinggal diam. Mereka meng-improvisasikannya dengan status: “ketik amin jika orang tua anda naik ingin haji, kalau tidak orang tua anda akan didatangi tukang bubur gendong pak haji.” atau “demi kepentingan umat. Tak. Tak. Tak. Takbir!!”

Namun keputusan Mark dengan tidak mencantumkan simbol unlike di Facebook dan juga Instagram punya untung-ruginya. Untungnya, seperti yang kanda sebutkan diatas. Seseorang tidak akan merasa sakit hati, gundah gulana, galau, atau meriang merindu kan kasih sayang karena harus menerima hujan unlike pada statusnya.

Ruginya, status-status yang bikin mata tambah minus akan terus ada dan terpelihara. Foto-foto yang merusak pencernaan tidak akan pernah hilang dari Instagram dan kaum alay bala-bala krispy tidak akan penah insyaaf kepada Tuhan yang Maha Esa.

Setidaknya, fitur unlike ini telah membawa hikmah yang mendalam. Ada atau tidaknya fitur ini memberikan pelajaran pada kita bahwa jika kita tidak suka liat status atau foto orang, ya jangan cari-cari fitur unlike, cari aja kolom komentar dan hujat hayati sesuka hati kalian. Hayati ikhlas luar dan dalam kok.

Tidak adanya fitur unlike juga membawa sentimen negatif dari sebagian besar aktivis demokrasi. Mereka menganggap fitur unlike itu penting sebagai bagian dari kebebasan berpendapat. Justru jika hanya ada simbol like saja berarti Mark Zuckerberg tidak memberikan kebebasan orang-orang untuk memilih.

Masyarakat Facebook dipaksa patuh dan tidak punya pilihan lain selain harus menekan tombol like. Tidak memberikan hak memilih kepada masyarakat sama saja seperti rezim otoriter. Coba bayangkan betapa kejamnya rezim otoriter itu.

Jadi, mari kita berbondong-bodong bersama 7 juta umat untuk memproklamirkan gerakan Aksi Bela firza Unlike agar keberadaan fitur ini sejalan dengan apa yang telah dilakukan Youtube pada umatnya. Take a beer!!!

16 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.