Hikmah Dibalik Krisis Air


Di musim kemarau, terjadi kelangka air. Semua orang berbondong-bodong pergi lapangan desa untuk memperoleh air bersih bantuan dari BPBD. Setiap hari masyarakat harus mengantri untuk memproleh jatah air 4 jerigen saja. 

Terkadang antrian bisa sangat panjang dari pagi sampai siang hari. Jika masyarakat datang telat semenit saja maka bersiaplah untuk menunggu antrian hingga siang hari.

kemarau panjang
Krisis Air via Pixabay.com
Ditengah teriak matahari yang panas, masyarakat yang menunggu antrian terlihat bermandikan keringat disekujur tubuhnya. Masyarakat yang menunggu antrian hingga siang akan jauh lebih mubazir dalam memanfaatkan air. 

Kenapa? Karena setelah mereka pulang dan membawa 4 jerigen air, mereka harus cepat-cepat mandi sebab tubuh mereka sudah bau dengan hawa keringat. Padahal 4 jiregen itu seharusnya dihemat untuk kebutuhan lain. 

Semenjak terjadi krisis air, intensitas mandi masyarakat semakin berkurang. Banyak orang tua pekerja yang mandi sehari sekali, pagi atau sore hari. Ada pula pelajar yang mandi sekali dalam sehari ketika mau sekolah saja dan dengan krisis air ini mereka memutuskan mandi sekali dalam 3 hari. 

Ternyata mahasiswa lebih parah. Mereka mandi hanya dengan tisu basah. Yang penting wangi, katanya. Prosedur mandinya pun diubah. Orang tua menyuruh anaknya mandi sambil nyemplung dalam bak mandi, dipakai bergantian. 

Setelah itu, air bekas mandi dipakai untuk menyiram tanaman. Sungguh ibu-ibu cerdas. Namun ironis bagi tanaman-tanamanya karena harus disiram dengan air bekas daki-daki.

Krisis air membawa kita pada sebuah pelajaran. Bukan pelajaran di sekolah, tapi pelajaran kehidupan. Pelajaran tentang menghargai air. Air merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup. 

Air adalah bagian vital dari kehidupan manusia. Maka barang tentu kita tidak bisa begitu saja menyia-nyiakan air saat sedang subur di musim hujan. Orang-orang sering bersumpah serapah karena tidak ada air, benci pada alam, benci pada musim kemarau.

Padahal kelangkaan air adalah bagian dari siklus alami yang pada akhirnya membawa banyak hikmah bagi kita semua. Ketika hari biasa-biasanya, orang-orang tidak peduli dengan air. Dipakai sepuasnya bahkan dihambur-hamburkan. Terkadang air di bak mandi dibiarkan meluap sampai permukaan. 

Disaat musim kemarau dengan langkanya air ini, mari kita renungkan baik-baik dan Kesulitan ini mari kita nikmati bersama.

Sumber air sudekat, 28 Agustus 2017

3 komentar:

  1. mencegah lebih baik drpd mengobati, yok mari hemat air sebelum air jadi langka :)

    BalasHapus
  2. lalukan yang terbaik untuk alam. maka alam akan menyambut baik hidupmnu.

    BalasHapus
  3. pergunakanlah sumberdaya alam secukupnya.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.