Menghormati Orang Puasa atau Orang yang Tidak Puasa?


Di Indonesia, seringkali banyak muslim yang memperdebatkan soal menghormati orang yang puasa atau orang yang tidak puasa di bulan suci ramadhan. masalahnya mengenai keberadaan warung makan atau restoran di siang hari.

Beberapa daerah di Indonesia, menerapkan aturan bahwa warung makan atau restoran tidak diperbolehkan buka karena untuk menghormati orang yang berpuasa. Aturan ini disambut baik, tapi realitas di masyarakat menimbulkan masalah baru. Bagaimana nasib orang yang tidak berpuasa--yang kebetulan ingin makan di siang hari?

Orang yang tidak berpuasa banyak jenisnya. Dalam islam sudah disebutkan kategori muslim yang tidak diwajibkan berpuasa. Diluar muslim, ada non-muslim yang jelas tidak berpuasa. Orang-orang yang tidak berpuasa inilah yang selalu mengalami masalah ketika masuk bulan ramadhan. Mereka kesulitan untuk mencari makanan atau minuman. Mungkin mereka bisa mensiasatinya dengan membeli bahan makanan dan memasak sendiri di rumah. Lantas, apa masalahnya selesai? Bisa iya, bisa tidak.

Masih ada orang yang memperdebatkan soal aturan penutupan warung makan atau restoran di siang hari. Masalahnya, mereka menganggap puasa adalah salah satu ibadah personal yang hubungannya langsung dengan sang pencipta (Allah SWT). Jadi ketika ada orang yang tidak berpuasa dan makan siang hari di tempat umum itu tidak masalah karena orang yang tidak puasa tidak ada sangkut pautnya dengan ibadah orang yang berpuasa.

Dalam pandangan lain, ada muslim yang tidak terima jika warung makan atau restoran buka di siang hari. Mereka mengganggap orang yang berpuasa memang perlu dihormati. Dan orang yang tidak berpuasa harus mengormati orang yang berpuasa.

Bagi kanda pribadi, orang yang berpuasa tidak perlu dihormati. Sebaliknya, orang yang tidak berpuasa pun tidak perlu dihormati. Kasarnya, dua-duanya tidak perlu dihormati. Loh kenapa? Bagi kanda dalam beberapa hal, suatu ibadah harus menfokuskan bagaimana menjalankan ibadah itu dengan baik.

Untuk menjalannya pasti ada godaan-godaan eksternal yang membuat ibadah itu kurang afdol. Misalnya godaan orang makan. Ketika ada orang yang makan di depan kita, padahal kita puasa. Maka yang kanda lakukan adalah MEMBIARKAN. Kanda tak perlu dihormati. Cukup mengambaikan orang makan tersebut itu sudah cukup. Bila kanda tergoda makan, maka itu sama seperti orang yang tidak puasa.

Puasa itu bagian dimana kita menahan hawa nafsu. Ketika kita ‘nafsu’ atau tergoda melihat warung makan dan restoran di pinggir jalan tetap buka, maka untuk apa kita puasa? Nilai ibadah puasa justru ada pada bagaimana kita bisa menahan godaan. Kalau lihat orang makan di restoran saja tergoda, masih pantaskah kita berpuasa? Bukankah puasa itu mengajak kita untuk merasakan rasa lapar seperti orang-orang yang terbiasa kelaparan? Jangankan bulan suci ramadhan. Ketika kita berpuasa sunnah senin-kamis, warung makan atau restoran tetap buka, apa masalah? Tidak, selama kita tidak tergoda.

bila penutupan warung makan atau restoran untuk menghormati orang yang berpuasa, kenapa iklan-iklan makanan dan acara-acara televisi pada siang hari yang menampilkan hidangan makanan tidak ditutup juga? mmhh..

Bagi yang tidak berpuasa, mereka punya hak. Dihormati atau tidak, mereka yang tidak puasa harus tetap makan di siang hari. Orang yang berpuasa pun punya hak untuk berpuasa. Konteks ‘menghormati’ disini bagi kanda adalah membiarkan orang untuk berpuasa dan bukan melindungi orang berpuasa agar tidak tergoda dengan hal-hal yang dapat membatalkan puasa.

Yang puasa silahkan puasa, tahan hawa nafsunya. Tidak tergoda dengan orang makan, tidak tergoda dengan tempat hiburan maksiat dan hal-hal yang dapat membatalkan atau mengurangi nilai ibadah  puasa.

Dan (muslim) yang tidak berpuasa silahkan tidak puasa, selama itu memang diajurkan untuk tidak berpuasa misalnya karena sedang dalam perjalanan jauh atau sedang datang bulan (bagi wanita).


Anas bin Malik berkata, “Kami bepergian bersama Nabi, maka orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka, dan orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa.” [HR Bukhari]

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.