Laku keras Sinetron Indonesia

parodi tukang bubur naik haji
Via tidak tahu, tidak ditemukan sumber utama
Sebagian orang tahu drama series Indonesia atau lebih dikenal dengan Sinetron banyak menuai kritik dan dari banyak orang. tapi hal itu tak membuat sinetron kehilangan pasarnya. kenyataannya sinetron tambah menjamur dan menunjukan taringnya di stasiun-stasiun tv nasional. 

Ada 2 statiun televisi yang paling gencar menayangkannya bahkan sampai mendapat julukan ‘tv sinetron’. Kemudian makin kesini tak hanya 2 stasiun tersebut saja. Stasiun tv lain pun kebawa latah membuat program sinetron yang sama. Sebab mereka tahu permintaan pasar terhadap sinetron itu tinggi. Apalagi tema-tema percintaan yang tidak mendidik. Ya wajar kalau stasiun tv lain yang awalnya ‘idealis’ tiba-tiba jadi ikut-ikutan membuat sinertron karena tergiur dengan rating tinggi dan keuntungan besar dibadingkan membuat program atau acara yang lebih meng-edukasi.

Sinetron seakan laku keras bak kacang goreng. Kanda pernah melihat ada beberapa kios pakaian yang menjual kaos bergambar tokoh-tokoh sinetron seperti tukang bubur naik tower, Ganteng-Ganteng Sariawan, Anak Jajanan, atau mermaid in lope. Bahkan hayati tak habis pikir melihat ada penjual emperan yang menjual properti celana putri duyung a.k.a mermaid. Dan bila hayati search di Instagram, ada banyak bocah-bocah yang mengabadikan foto mereka gunakan dengan kostum mermaid. Pusing pala prilly.

Sinetron yang medewakan rating

Bagi yang tak familiar dengan sinetron tentu terheran-heran dengan fenomena ini. Kritikan, hujatan dan sindiran lewat meme bertebaran dimana-mana. mereka yang kecewa merasa (sebagian) sinetron indonesia tidak mendidik, dengan akting, konsep, alur cerita yang terlalu dibuat-buat, sampai proses pengerjaannya yang dadakan mirip tahu bulat. Ya, itu tidak terlepas karena sinetron mengejar rating tinggi. Semakin rating naik, maka tayangan sinetron akan semakin sering bahkan full dari senin sampai senin lagi. Si penulis naskah cerita mungkin tidak tahu kapan sinetronnya tamat karena jumlah episode ditentukan dari rating. Bila rating bagus, jumlah episode bertambah terus sampai ribuan episode bahkan dibuat bagian ke-2, ke 3 dan seterusnya. Bila rating anjlok maka tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba sinetron tamat dengan ending yang ga jelas dan maksa.

sangat disayangkan pihak agensi yang memproduksi sinetron tidak ada kemauan untuk meningkatkan kualitas acaranya karena penonton pun nampak tidak peduli juga. Yang penting adalah mereka bisa memuaskan hati penonton dengan aktris dan aktor yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik. 

Selera pasar yang sulit diubah

 Pecinta sinetron masih menjadi mayoritas di bumi pertiwi ini. Target pasarnya adalah orang-orang menengah ke bawah, anak-anak ingusan yang sehabis pulang sekolah butuh hiburan gratis atau ibu-ibu rumah tangga yang ingin mengisi waktu luang dengan menonton tv.

Diluar kualitas sinetron yang mengecewakan. Walaupun kritik, hujatan dan sindiran berkali-kali keluar, tapi mau dibilang apa lagi? kalau selera orang-orang indonesia (memang) sulit diubah. Orang yang terlanjur suka sinetron tidak bisa dipaksakan untuk suka drama series amerika macam Glee atau drama korea Descendants of The Sun yang bagi mereka mungkin sulit dicerna alur ceritanya.

Pada akhirnya, kritik tetaplah menjadi kritik sebab kritik tidak mempengaruhi sinetron yang malah semakin menjamur. Sedangkan mereka yang berada dibalik produksi sinetron sedang enak-enaknya mengibas-ngibas uang hasil jeri payah dari keuntungan mereka. untuk mengubah itu semua, kita butuh orang-orang yang mampu mengubah sinetron menjadi satu tingkat lebih berkualitas. Kanda berharap suatu saat ada orang dibalik layar yang bisa mengulingkan kekuasaan orang orang yang terlalu mendewakan rating, menggantikanya dengan tayangan-tayangan yang lebih bermanfaat. 












Diberdayakan oleh Blogger.